Lihat ke Halaman Asli

Geovanny Calvin Pala

Seorang pencinta dan penggiat sastra. Berbekal ilmu Filsafat yang telah ia rampungkan di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, ia kini mengajar di SMAS Seminari San Dominggo Hokeng. Penggemar karya-karya Ayu Utami ini mengisi waktu luangnya dengan menghasilkan berbagai tulisan di media-media. Baginya, menulis bukan merupakan usaha untuk mencari isi kebenaran, melainkan untuk melatih cara berpikir demi mendekati kebenaran.

Puisi | Si Botak yang Bero(n)tak

Diperbarui: 3 Desember 2019   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

clipart-library.com

Si botak bero(n)tak

Semoga helai-helai gugur si botak tak senilai gugur helai amarahnya

Rambut yang dulu berpintal-pintal ikal dan kini tak berbekal,

tanggallah sudah sutra milik otak

Si botak berotak, merindu sejumput yang bertabur di tanah

Tempat kemarin kutemukan berpunuk helai kegeraman sisa cukuran penjagal

Tak juga muram durja, ia pun berontak....

Ke mana rerumputan ikal itu?

Kerimbunan yang sempat basah oleh ketuban dan diusap oleh makhluk tak botak beralfabet "i"..."b"..."u"

Si botak berotak memandang siang yang menanak ubun dan otak

Segundul itulah kemarahannya, sebab nasibnya adalah sebuah rindu pada helai yang tak kunjung pulang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline