Lihat ke Halaman Asli

Calvin JordanSimanjuntak

Mahasiswa Universitas Swasta D.I.Yogyakarta

Melihat Multimedia dari Sejarah hingga Elemen di Dalamnya

Diperbarui: 2 Maret 2022   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Multimedia (Sumber : Pribadi)

Dunia jurnalistik tidak berbicara mengenai tulisan dan koran saja. Pernah dengar belum mengenai istilah Jurnalisme Multimedia? Kalau belum pernah mendengar atau asing dengan istilah tersebut mari kita pahami di artikel ini.

Pengantar

Jurnalisme multimedia sudah diakui secara luas oleh organisasi media, namun tidak memiliki definisi tunggal yang produktif. Hal ini dilatarbelakangi oleh sejarah yang panjang. Tapi pada dasarnya multimedia memiliki gambaran berupa kombinasi gambar, suara, grafik, dan teks. Terkadang multimedia juga dikaitkan dengan “lintasmedia”, “transmedia” maupun “media campuran”. 

Memiliki sejarah panjang multimedia dapat kita mulai dari fotografi. Dalam dunia fotografi terkhususnya foto jurnalistik, kata multimedia dipahami sebagai kombinasi gambar. Foto jurnalistik dalam praktik fotografi adalah dimana seseorang menceritakan sebuah cerita yang telah disusun menggunakan teknologi pencitraan berbasis lensa. Bentuk yang dapat dilihat adalah Close-Up dan Freeze frames yang digunakan bioskop memutar gambar diam. 

Menilik jauh ke belakang, multimedia sudah ada ketika masih menggunakan magic lantern (phenakistiscope, zoetrope, praxinoscope, mutoscope). Alat - alat tersebut digunakan sebelum adanya kemungkinan produksi massal gambar dalam media cetak. Lebih jauh lagi, teknologi semakin berkembang dan multimedia pun juga mengalami perubahan.

Sejarah yang ada tersebut sebenarnya mencoba mendefinisikan “multimedia”. Dari berbagai sejarah yang ada hal yang dibutuhkan bukan sekedar definisi terbatas dari satu genre. Tidak terbatas dalam satu genre, pemahaman yang diperluas tentang “fotografi” terkhususnya hubungan antara gambar diam dan bergerak. 

Hal tersebut mungkin yang disebut “pascafotografi” oleh Tim Hetherington. Dimana dunia bukan lagi bentuk visual yang telah mati tetapi bentuk visual hidup dan lebih kuat. Hal ini juga dikarenakan visual memiliki kekuatan sosial untuk menarik perhatian, salah satunya ada dengan kemampuan mendongeng/menyampaikan cerita. Dalam hal ini pasca fotografi membicarakan mengenai penceritaan visual.

Penceritaan visual inilah yang membuka/berpotensi berpotongan dengan bidang lain. Bidang ini termasuk, foto jurnalistik, video jurnalistik, dokumenter, sinema, dan cerita interaktif. Hal ini membuat pembuatan gambar untuk menyampaikan cerita dan mencakup banyak bentuk di platform.

Dapat disimpulkan bahwa proses multimedia dimulai dari fotografi, dengan adanya perkembangan teknologi akhirnya merambah pada perpotongan video hingga cerita interaktif. Melihat dalam sejarah singkat tersebut dapat dilihat multimedia berbentuk visual hidup. Visual hidup ini kemudian diperkuat kemampuan menyampaikan cerita.

Definisi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline