Lihat ke Halaman Asli

Calvin Daniswara Bahtiar

Pencapaian saya adalah pendiri Hampgiftyuk, jasa pembuatan bouquet dan hampers

Lembar Kerja Siswa (LKS): Dari Primadona Menjadi Terlupakan?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   20:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.vecteezy.com/photo/8612973-picture-of-a-pile-of-books

Perubahan Tren dan Bisnis Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) pernah menjadi salah satu material ajar yang sangat dicari, terutama di kalangan orang tua dan siswa sebagai materi penunjang. Namun, seiring dengan perkembangan kurikulum di Indonesia, popularitas dan kebutuhan terhadap LKS mulai berkurang. Pergeseran ini terjadi bukan hanya karena perubahan pola belajar, tetapi juga karena kurikulum baru yang lebih menekankan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan.

Mengapa LKS Tidak Lagi Diminati?

Di era digital dan perubahan kurikulum seperti Kurikulum Merdeka, pendidikan di Indonesia kini lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa dalam memahami konsep secara mendalam daripada sekadar hafalan. LKS, yang umumnya menyediakan soal latihan dan pengulangan materi, dianggap kurang relevan untuk mendukung pembelajaran yang lebih mendalam dan interaktif. Berikut adalah beberapa alasan mengapa bisnis LKS mulai meredup:

1. Perubahan Fokus Kurikulum

Kurikulum di Indonesia terus berevolusi, dan saat ini lebih mengutamakan metode student-centered learning. Kurikulum Merdeka, misalnya, mengarahkan guru untuk mengembangkan materi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa dan membebaskan mereka dari keharusan menggunakan materi cetak seperti LKS. Tujuannya adalah agar siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, analitis, dan keterampilan abad ke-21.

2. Pergeseran ke Materi Digital

Dengan pesatnya perkembangan teknologi, sekolah-sekolah kini lebih banyak menggunakan materi ajar digital yang mudah diakses dan lebih variatif. Kelebihan materi digital dibandingkan LKS adalah fleksibilitas dan kemampuannya menyediakan interaktivitas yang lebih besar, seperti video, grafik, dan simulasi yang membantu pemahaman siswa.

3. Keterbatasan Metode LKS

LKS cenderung fokus pada soal-soal pengulangan dan hafalan yang kurang mengakomodasi pembelajaran kreatif dan pemahaman konsep secara mendalam. Kurikulum saat ini mendorong siswa untuk tidak hanya mampu menghafal, tetapi juga mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan nyata, yang seringkali sulit tercapai dengan LKS saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline