Ada kemiripan antara karakter Leito Igaguri di Ultraman Geed dan Gento Hiruma di Ultraman Blazar. Keduanya telah punya karir, berkeluarga dan sama-sama tengah berusia 30th. Leito memiliki seorang putri dan Gento seorang putra. Apakah ini sebuah kebetulan, atau memang ini eksperimen yang sedang dilakukan oleh Tsuburaya untuk membangun prospek pasar yang berbeda? Yang jelas, karakterisasi demikian sangat rawan dengan konflik dan drama.
Koq bisa ya? Yuk kita bahas!
Kita mulai dari figur seorang Leito. Dia disebut salaryman atau karyawan di satu perusahaan. Sering, nasib tak mujur datang dalam hidupnya. Sudah menikah dan punya seorang putri berusia 5 tahun. Leito pun dipilih sebagai human host Ultraman Zero, sang anak emas.
Leito punya kemurnian hati. Inilah yang menarik hati Ultraman Zero untuk manunggaling dengannya. Faktor keluarga yang dianggap sebagai kelemahan, justru menjadi kekuatan bagi Leito untuk menyelesaikan misinya dengan baik.
Kali ini, Tsuburaya lebih berani lagi mengangkat figur Gento sebagai human host Ultraman Blazar. Pria berkeluarga dengan seorang putra berusia 7 tahun dan yang bikin kaget adalah dia merupakan kapten pasukan pertahanan bumi SKaRD. Jika biasanya human host Ultraman adalah seorang kru yang jomblowan, kali ini adalah kapten yang berkeluarga. Entah apa yang dipikirkan lead Director Kiyotaka Taguchi dan tim bisnis Tsuburaya.
Jelas, figur Leito semacam eksperimen yang dilakukan untuk melihat reaksi pasar. Perannya minim karena kehadiran Zero hanya menjadi sidekick dari Ultraman Geed. Hadirnya konflik dan drama tema keluarga dalam serial Ultraman menjadikannya sebagai tontonan yang bukan hanya untuk anak-anak, namun juga untuk keluarga. Seolah model bisnis Tsuburaya sedang menembak pasar anak-anak sekalian bapaknya. Hal yang mungkin sedang mereka lakukan melalui eksperimen Ultraman Blazar, hanya saja kali ini lebih agresif.
Bapak melihat nuansa baru serial Blazar sebagai inovasi bisnis baru Tsuburaya. Ada empat hal kritis yang bisa kita bahas dari sisi peluang pasar dan bisnis.
1. Persona lelaki 30th
Baik Leito dan Gento, keduanya berusia 30th. Usia yang mulai mapan dalam karir, dianggap lebih matang dalam berpikir dan hal ego, dan berpendapatan cukup. Mereka adalah golongan yang memiliki daya beli yang baik. Apalagi diceritakan telah berkeluarga dan punya anak. Secara kasar bisa kita hitung, umumnya seseorang lulus kuliah di usia 22 atau 23, bekerja dan berkeluarga. Benar juga jika di usia 30th, putra/ putrinya sudah berusia 7than.
Pada usia tersebut juga jenjang karir seseorang yang berprestasi sudah menduduki posisi supervisor atau manajer junior. Cukup masuk akal jika Gento berusia 30th dan puteranya berusia 7th. Figur Gento menjadi representasi dari bapak pada umumnya yang menurut prediksi bapak, Gento adalah sosok yang rela berkorban demi keluarga. Sama halnya dengan sikap bapak pada umumnya, yang lebih rela mengeluarkan kocek untuk membuat anaknya bahagia daripada untuk dirinya.