Dewasa ini, penggunaan internet dapat kita jumpai pada semua kalangan masyarakat. Laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, orang dewasa sampai lansia, tidak ada lagi yang asing dengan istilah dan cara kerja internet.
Internet sekarang ini menjadi sumber utama yang paling cepat memuat informasi dari segala penjuru bumi, meskipun internet tak pernah bisa menjamin keakuratan dan kebenaran informasi yang disajikan. Semua informasi dari beragam kategori, segala kejadian dari mana pun dapat diinput ke internet saat itu juga.
Banyak orang juga telah menggunakan layanan internet untuk mempermudah dan membuka dunia baru untuk diri mereka sendiri dan orang lain.
Toko online, travel blog, YouTuber, dan street performer adalah satu dari sekian banyak pekerjaan baru yang timbul dengan perkembangan pesat internet sekarang ini. Semua konten yang masuk ke internet menjadi arsip dan portofolio permanen bagi sang uploader, yang sewaktu-waktu dapat dipakai baik untuk mengangkat maupun menjatuhkan orang, sekalipun konten tersebut sudah dihapus.
Konten-konten yang diunggah ke internet inilah yang menjadikan sang pengunggah menjadi seorang jurnalis, meskipun statusnya sekadar 'jurnalis dunia maya'. Alasannya sederhana, dasar pemikiran hanya diambil dari pengertian jurnalisme dan jurnalis itu sendiri.
Jurnalistik berarti segala kegiatan yang menyangkut proses, teknik, dan ilmu pengumpulan, penulisan, penyuntingan, dan publikasi berita. Sementara itu, jurnalis, dikenal juga sebagai istilah pewarta atau wartawan, adalah seseorang yang melakukan kegiatan jurnalistik atau orang yang secara teratur menuliskan berita dan tulisannya dimuat di media massa.
Sekarang, dapat kita bandingkan pengertian umum jurnalistik dengan kegiatan, misalkan, seorang travel blogger, yang kita ketahui berkegiatan sebagai seorang traveller yang mengarsipkan perjalanan dan tempat-tempat yang dikunjunginya ke blog pribadi maupun ke situs rekomendasi wisata. Jelas sekali bahwa seorang travel blogger mengarsip data dengan cara mengunggahnya ke media massa.
Tidak perlu media massa cetak seperti koran, televisi, atau situs seperti Kompasiana ini. Cukup dengan upload story di Instagram atau Snapchat, upload foto di Facebook dan Instagram atau Tumblr, berikan beragam tagar yang mengundang likesdan komentar, kegiatan ini sudah termasuk kegiatan jurnalistik dan sang travel bloggersudah resmi menjadi seorang jurnalis.
Ya, media massa dan internet sekarang ini telah menjadi media jurnalisme pula. Aplikasi-aplikasi ini, yang sebagian besar dari kita menggunakan setiap hari secara intens, telah mengarsip apa pun yang telah kita unggah ke dalamnya. Dengan kata lain, secara tidak langsung, dengan menggunakan aplikasi social media ini, kita telah menjadi jurnalis atas hidup kita sendiri.
Kegiatan yang kita lakukan, tempat yang pernah kita kunjungi, data pribadi, keluarga, teman dekat, rekan kerja, semua data yang telah kita masukkan ke laman pembuatan akun media sosial tersebut bisa saja menjadi bumerang untuk kita. Bisa jadi karena disalahgunakan oleh oknum yang berniat menjatuhkan kita maupun karena kecerobohan kita sendiri.
Dewasa ini, kita semua telah menjadi seorang jurnalis. Kita terlibat dalam dunia jurnalisme yang tidak ada hentinya. Kehati-hatian dan kewaspadaan dalam penggunaan internet, terutama social media, sekarang tidak terbatas pada cyberbullying dan perilaku immoral saja, karena seorang jurnalis dituntut untuk mempu mempertanggungjawabkan apa yang telah ditulis dan diunggahnya. Jurnalisme memang untuk semua orang, tapi jagat jurnalisme online akan selalu berkembang menjadi lebih baik jika setiap orang di dalamnya mampu menjadi jurnalis yang baik. (cal)