Idul Adha kemarin jalan-jalan ke kota Batu, Malang, dan seperti biasanya, kurang lengkap rasanya kalau nggak mampir ke toko kripik kentang langganan saya yang berlokasi di Jl. Brantas, Batu. Sudah terbayang rasanya rasa lezat dari kripik kentang itu. Tetapi alangkah kecewanya begitu sampai di sana ada tulisan di depan pintu "KRIPIK KENTANG HABIS". Hah... bagaimana ini? Toko kripik kentang kok kripik kentangnya habis. Padahal toko ini bukan toko baru, dan sudah lama terkenal. Batal deh merasakan kelezatan kripik kentangnya.
Tadi pagi kebetulan saya melihat acara TV yang menayangkan Yuni Shara lagi ikutan memanen kentang di Batu. Kalau nggak salah si Yuni memang tinggal di sana. Sambil memanen dia menerangkan kalau kentang kota Batu ini sudah go internasional, sudah diekspor kemana-mana. Tiba-tiba jadilah saya teringat lagi kenangan pahit batal membeli kripik kentang di atas. Jangan-jangan karena lebih mementingkan ekspor maka kebutuhan kentang lokal jadi yang dikorbankan. Kalau memang seperti itu kejadiannya, maka ini sangat disayangkan sekali. Pemerintah seharusnya bisa mengatur agar hasil pertanian digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal dulu sebelum diekspor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H