Baru-baru ini, Yahya C Staquf, salah satu inisiator penerapan sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) menyampaikan klarifikasi di twitter. Kultwit sepanjang 50 kicauan itu intinya menyatakan bahwa Ahwa merupakan irsyad, atau petunjuk khusus buat para panitia Muktamar NU. Pemilihan diksi Irsyad dalam kicauan tersebut, seolah ingin meyakinkan publik bahwa Ahwa tidak bertendensi politik dan murni berasal dari nalar irfani yang mistis dan agung.
Jika saja hal itu disampaikan oleh kiai sepuh, mungkin jama’ah NU akan percaya. Tetapi hal itu disampaikan oleh Politisi yang pernah melawan K.H Abdurrahman Wahid (Gus Dur) demi membela Syaifullah Yusuf (Gus Ipul), yang dipecat Gus Dur dari PKB. Ya, Yahya dan Ipul memang dua sahabat yang tak bisa dipisahkan. Keduanya akan saling mendukung satu-sama lain. Apa pun kondisinya. Sebab keduanya sama-sama kader HMI yang selalu bernafsu untuk menjadi penguasa, termasuk menguasai Nahdlatul Ulama (NU).
Selain Gus Ipul dan Gus Yahya, satu lagi yang bernafsu menguasai NU adalah Nusron Wahid (NW). Desas-desus yang ada, tiga alumni HMI itu (juga beberapa geng HMI di NU) sedang bersinergi untuk merebut posisi-posisi strategis di PBNU. Mereka mengandalkan segala cara untuk menguasai lalu mengubah haluan NU. Dari trah kiai yang dimiliki, jejaring politik HMI yang masih kuat, proposal pendanaan ke berbagai pihak, hingga upaya menjegal tokoh-tokoh tertentu yang dinilai sangat kental ke-NU-annya, sulit dipengaruhi oleh para politisi macam mereka, dan tentu saja yang mengetahui niat busuk para alumni HMI itu.
Salahsatu rumusan terjitu adalah mengklaim Ahwa sebagai petunjuk ilahi untuk menyelamatkan NU. Namun sayangnya para Kiai pengurus NU di Wilayah dan Cabang tahu akal-akalan tersebut. Maka protes pun berdatangan kepada PBNU. HMI sejak lama memang dikenal pandai menghalalkan segala cara. Termasuk manipulasi, tipu-tipu dan suap atau risywah dalam bentuk apapun. Para politisi itu berdalih, penerapan Ahwa untuk mengurangi potensi money politik dalam Muktamar NU. Padahal, para pemain yang menebarkan uang pada Muktamar NU di Makassar tahun 2010 lalu adalah geng mereka. Inilah muasal kekisruhan di NU, ketika NU diinfiltrasi oleh kelompok lain yang hanya ingin menjadikan NU sebagai tunggangan politik.
Benarkah Ahwa sebagai Irsyad? Lantas siapa yang berhak menentukan seorang ulama layak menjadi bagian dari Ahwa? Seorang NW, atau YS? Belakangan juga beredar nama-nama yang dinilai layak menjadi Ahwa. Nama-nama itu diajukan NW dan berasal dari sejumlah daerah. Dan siapa yang tak kenal NW. NW dikenal sebagai pemain licin itu bisa jadi sudah mengondisikan tokoh-tokoh yang ia ajukan sebagai Ahwa. Dengan cara apapun, NW memang pandai bermain. Konon, NW kini tengah mengincar posisi Sekjend PKB dan Sekjend PBNU. Sementara Gus Ipul yang kini menjabat Wakil Gubernur berharap bisa menjadi salah satu Ketua PBNU dan Gus Yahya mungkin berharap jadi Katib Syuriah PBNU. Dengan posisi-posisi strategis tersebut, rencana membawa gerbong besar HMI ke dalam struktur NU akan semakin mudah bukan? Sungguh ironi yang mengerikan. Benarlah kata Mbah Wahab, bahwa mereka yang melawan NU akan hancur, tapi NU akan hancur jika digerogoti dari dalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H