Jika pada artikel-artikel sebelumnya kita sudah membahas beberapa pembangkit listrik dari energi tak terbarukan sampai dengan dari energi-energi terbarukan, saat ini mari kita melihat pemanfaatan energi listrik dari barang-barang yang kita pikir tak berguna.
Yap, sampah menjadi energi listrik. Jika kita refleksi lagi dengan berita-berita yang telah menyebar di media-media nasional, tentu kita pernah mendengar ada peneliti yang dapat mengembangkan teknologi dimana teknologi tersebut dapat mengolah sampah menjadi energi listrik.
Selain ada beberapa peneliti yang concern dengan pengelolaan sampah menjadi energi listrik, ternyata pemerintah juga berupaya untuk mendukung pengembangan teknologi ini.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016, pemerintah menetapkan percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis sampah menggunakan teknologi proses thermal incinerator atau pembakaran.
Sampah kota nantinya diharapkan menjadi sumber energi terbarukan untuk menghasilkan listrik menggunakan cara gasifikasi, pyrolysis, dan incinerator.
Teknologi pengolahan sampah ini untuk menjadi energi listrik pada prinsipnya sangat sederhana sekali yaitu:
- Sampah dibakar sehingga menghasilkan panas (proses konversi thermal)
- Panas dari hasil pembakaran dimanfaatkan untuk mengubah air menjadi uap dengan bantuan boiler
- Uap bertekanan tinggi digunakan untuk memutar bilah turbin
- Turbin dihubungkan ke generator dengan bantuan poros
- Generator menghasilkan listrik dan listrik dialirkan ke rumah - rumah atau ke pabrik.
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui Insinerasi (Incineration)pada dasarnya adalah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen.
Pembangkit listrik tenaga sampah yang banyak digunakan saat ini menggunakan proses insenerasi salah. Sampah dibongkar dari truk pengangkut sampah dan diumpankan ke inserator. Di dalam inserator sampah dibakar. Panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran digunakan untuk mengubah air menjadi uap bertekanan tinggi. Uap dari boiler langsung ke turbin. Sisa pembakaran seperti debu diproses lebih lanjut agar tidak mencemari lingkungan (truk mengangkut sisa proses pembakaran).