Mojokerto | Telusuri sejarah Candi Brahu di Desa Bejijong, peninggalan kuno dari masa Kerajaan Majapahit. Mengapa candi ini begitu penting? Baca selengkapnya untuk temukan jawabannya!
Jika kamu pecinta sejarah atau arsitektur kuno, pasti sudah tak asing lagi dengan Candi Brahu. Terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, candi ini menyimpan cerita panjang tentang kejayaan Kerajaan Majapahit. Tapi, apa sebenarnya fungsi asli dari Candi Brahu ini? Apakah benar candi ini digunakan untuk membakar jenazah raja-raja Majapahit? Atau ada fungsi lain yang masih tersembunyi di balik dinding bata merahnya? Yuk, kita telusuri sejarah Candi Brahu di Desa Bejijong secara mendalam!
Sejarah Singkat Candi Brahu di Desa Bejijong
Candi Brahu adalah salah satu dari banyak candi yang ada di wilayah Trowulan, pusat kerajaan Majapahit yang dulu sangat berpengaruh di Nusantara. Nama "Brahu" sendiri diperkirakan berasal dari kata "Wanaru" atau "Warahu", yang merujuk pada bangunan suci dalam prasasti Alasantan yang ditemukan di sekitar area tersebut. Bangunan ini dipercaya dibangun sekitar abad ke-15 Masehi, yang bertepatan dengan puncak kejayaan Majapahit.
1. Pengaruh Kerajaan Majapahit
Pada masa kejayaannya, Majapahit adalah kerajaan besar yang menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Banyak bangunan megah dan candi-candi yang dibangun sebagai tanda kebesaran kerajaan ini, termasuk Candi Brahu. Tak heran, candi ini memiliki nuansa arsitektur yang mencerminkan perpaduan gaya Hindu-Buddha yang kala itu banyak dianut masyarakat.
2. Fungsi Asli Candi Brahu
Ada banyak spekulasi tentang fungsi asli Candi Brahu. Sebagian besar sejarawan percaya bahwa candi ini awalnya dibangun sebagai tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Namun, tak ada bukti konkret yang menunjukkan bahwa Candi Brahu benar-benar digunakan untuk itu. Hingga kini, Candi Brahu tetap menjadi salah satu peninggalan yang penuh teka-teki.
3. Arsitektur Candi Brahu yang Mengagumkan
Keindahan Candi Brahu tak hanya terletak pada nilai sejarahnya, tetapi juga pada struktur arsitekturnya yang sangat khas. Terbuat dari batu bata merah, candi ini memiliki tinggi sekitar 25 meter dan dibangun dengan teknik yang sangat presisi untuk ukuran bangunan dari masa lampau. Berikut beberapa ciri arsitektur Candi Brahu yang menarik:
Bahan Bangunan: Candi Brahu dibangun seluruhnya dari batu bata merah yang diproses sedemikian rupa sehingga tetap kokoh meski sudah berabad-abad berlalu. Proses pembuatan batu bata pada masa itu dikenal sangat rumit dan memerlukan keterampilan tinggi.
Bentuk Bangunan: Candi ini berbentuk persegi panjang dengan sisi-sisi yang simetris dan bagian atas yang meruncing. Gaya ini mencerminkan perpaduan budaya Hindu dan Buddha yang kala itu cukup dominan.
Relief yang Sederhana: Berbeda dengan candi-candi lain yang penuh dengan relief cerita atau ukiran dewa-dewi, Candi Brahu terlihat lebih sederhana. Hanya ada beberapa ukiran kecil yang dipercaya melambangkan kesederhanaan masyarakat sekitar pada masa itu.
4. Kapan Waktu Terbaik untuk Mengunjungi Candi Brahu?
Desa Bejijong, tempat Candi Brahu berdiri, sangat ramah untuk wisatawan. Waktu terbaik untuk berkunjung biasanya adalah pagi atau sore hari saat matahari tak terlalu terik. Di sekitar candi, kamu juga bisa melihat berbagai kerajinan tangan khas Trowulan yang dijual oleh penduduk setempat.
5. Legenda dan Misteri yang Menyelimuti Candi Brahu
Tak bisa dipungkiri, Candi Brahu juga dikelilingi oleh banyak mitos dan legenda yang menambah daya tariknya. Banyak masyarakat setempat percaya bahwa candi ini memiliki kekuatan mistis dan menjadi tempat peristirahatan arwah leluhur Majapahit.
6. Legenda Asal Usul Candi Brahu
Menurut cerita rakyat, konon Candi Brahu dibangun oleh seorang raja Majapahit yang ingin mempersembahkan tempat pemujaan untuk para dewa. Meski demikian, legenda ini tak didukung bukti arkeologis yang cukup, sehingga tetap menjadi mitos turun-temurun yang dipercaya masyarakat sekitar.
7. Kisah Kekuatan Mistis
Sebagian masyarakat setempat percaya bahwa Candi Brahu memiliki kekuatan mistis yang dapat membawa keberuntungan bagi siapa saja yang berdoa atau meditasi di sana. Bahkan, ada pula yang meyakini bahwa candi ini menjadi portal menuju alam lain, meskipun ini hanya sekadar kepercayaan lokal.