Lihat ke Halaman Asli

Onoda, Sang Prajurit Terakhir Jepang yang Menyerah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Maaf sedikit terlambat posting untuk tema ini. Sebenarnya ide tulisan ini tercetus ketika membaca berita kematian Hiroo Onoda. Legenda itu sendiri telah meninggal di bulan kemarin, Januari 2014. Beliau dikenal sebagai prajurit Jepang pada Perang Dunia II yang menyerah terakhir kali. Setelah hampir 30 tahun pasca Jepang menyerah kepada Sekutu di tahun 1945. Onoda merupakan perwira intelijen dengan keterampilan komando, pangkat terakhir adalah letnan dua. Sebelum pasukan Jepang yang berbasis di Manila mundur karena terdesak, Onoda dan regunya mendapat instruksi untuk bertahan di pulau Lubang, kepulauan barat Filipina. Mereka mendapat instruksi langsung secara lisan dari Mayor Taniguchi. Onoda berempat dengan timnya bergerilya di dalam hutan pulau tersebut. Meskipun ada selebaran yang menyatakan perang telah berakhir, mereka tetap bertahan tidak mempercayai propaganda tersebut sebelum mendapat instruksi langsung. Di tahun kelima, salah satu anggotanya menyerah kepada aparat keamanan Filipina. Beberapa tahun kemudian dua anggota tersisa tewas dalam baku tembak. Sejumlah pencarian digelar oleh pemerintah Jepang untuk menemukan Onoda di pulau Lubang. Tapi hasilnya nihil, tidak dijumpai jejak sedikitpun. Hingga suatu hari, seorang pria Jepang bernama Suzuki berhasil membuat kontak dengan Onoda di hutan itu. Dia membuat foto potret Onoda dan pulang ke Jepang untuk meyakinkan pemerintah bahwa Letda Hiroo Onoda masih hidup. Operasi pencarian Onoda digelar kembali di hutan pulau Lubang pada tahun 1974. Suzuki mengikutsertakan mantan atasan langsung Onoda di masa PD II Mayor Taniguchi. Tidak mudah menemukan Onoda yang sangat terampil bergerilya. Senapan Arisaka yang merupakan senjata laras panjang standar bala tentara Jepang di PD II masih terawat dengan baik lengkap dengan sekitar 500 butir peluru. Ketika tim pencari berhasil menemukan Onoda, mereka berusaha meyakinkan Onoda. Mayor Taniguchi muncul dengan membawa selembar surat perintah yang dibuat bergaya era PD II dan memberikan perintah lisan langsung kepada Onoda untuk menyerah pada penguasa wilayah setempat atau pemerintah Filipina karena perang Kekaisaran Jepang sudah berakhir. Onoda menerima dan menyerah kepada aparat keamanan Filipina. Selama bergerilya di hutan, Onoda dan regunya telah menewaskan sekitar 30 penduduk. Namun presiden Filipina, Ferdinand Marcos memberikan amnesti sehingga Onoda bisa dipulangkan ke negaranya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline