Lihat ke Halaman Asli

Hadi Saksono

TERVERIFIKASI

AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Menyoal Urgensi Impor KRL Bekas Jepang

Diperbarui: 2 Maret 2023   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Alkisah, dalam sebuah diskusi tentang transportasi publik pada tahun 2021 lalu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengungkapkan meski dirinya saat ini sudah menjadi pembantu presiden RI, tapi ia tak segan menumpang angkutan umum dan berbaur dengan masyarakat. Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini juga mengaku lebih senang jika tak ada yang mengenalinya sebagai menteri saat sedang menumpang angkutan umum.

Dengan tidak dikenalinya dirinya sebagai pejabat tinggi negara, maka akan membuat Muhadjir bisa lebih mendengar lebih jelas suara masyarakat dan realitas di masyarakat dengan lebih tenang.

"Naik kendaraan umum itu sangat besar manfaatnya, terutama untuk mereka yang biasa mengambil kebijakan terutama kebijakan masyarakat bawah. Kita bisa tahu detak rintihan, keluhan, dan senyuman masyarakat bawah itu bagaimana diformulasikan menjadi kebijakan," ujar Muhadjir.

Bicara soal transportasi publik khusunya kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek, tahun 2023 baru berjalan dua bulan namun moda transportasi KRL Jabodetabek saat ini sudah dihadapkan pada dua sorotan tajam.

Pertama, soal kepadatan di Stasiun Transit Manggarai. Kedua, soal polemik impor armada KRL Bekas.

Soal penumpukan penumpang di Stasiun Manggarai, sejak mulai direvitalisasi beberapa waktu lalu yang berdampak pada perubahan sistem operasional jalur KRL Commuter Line Jabodetabek, media sosial pun dibanjiri arus keluhan para warganet yang sebagian besar merupakan pengguna KRL yang jalurnya melewati Manggarai.

Para penglaju yang rata-rata merupakan pencari nafkah di ibu kota dan berdomisili di Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya tersebut mengeluhkan situasi dan kondisi di Stasiun Manggarai yang tak ramah bagi arus transit penumpang KRL Commuter Line.

Akibat ketidaknyamanan ini, sejumlah kolega saya yang berdomisili di Bekasi dan berkantor di kawasan ring 1 ibu kota, lebih memilih menggunakan sepeda motor untuk menuju kantor daripada harus merasakan ketidaknyamanan menggunakan KRL, terutama saat transit di Stasiun Manggarai.

Hingga saat ini, belum ada upaya signifikan dari para pemangku kebijakan untuk menghadirkan solusi cepat dan tepat dalam mengurai kepadatan penumpang transit di Stasiun Manggarai, meskipun baru baru ini PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter selaku operator KRL Jabodetabek, menyatakan akan menambah 31 perjalanan kereta pengumpang (feeder) untuk mengurangi kepadatan.

Belum tuntas penyelesaian kepadatan penumpang di Manggarai, muncullah polemik importasi kereta untuk menambal kebutuhan armada KRL Jabodetabek.

Sebenarnya kisruh pengadaan armada tambahan KRL ini bukanlah persoalan baru atau muncul tiba-tiba. Jika ditarik ke belakang, sejak 2018 lalu KAI Commuter sudah merencanakan pengadaan unit KRL baru. Selanjutnya pada 2019 manajemen KAI Commuter menyatakan akan membeli unit baru KRL dari PT Inka, dan akan direalisasikan pada 2021.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline