Wah! Lama-lama robot ini bisa lebih pintar dari kita, Don!
Iya, bener! Lama-lama die jadi kite, kite jadi die. Cuman die ada kurangnya satu; gak bisa protes.
Siapa bilang? Bisa kalau boleh.
Eh, sama juga bohong....
Itulah secuplik dialog dalam film Sama Juga Bohong (1986) yang disutradarai oleh Chaerul Umam dan Warkop DKI menjadi pemeran utamanya. Dialog tersebut bisa dikatakan menggambarkan kepuasan sekaligus kekhawatiran atas pekerjaan manusia yang tergantikan oleh mesin.
Meski jarang diangkat di film-film produksi Tanah Air, namun kisah soal teknologi yang menggantikan kerja manusia, jamak digambarkan di film-film produksi Hollywood sejak lama. Salah satu yangI melegenda hingga saat ini adalah Terminator. Film yang identik dengan Arnold Schwarzenegger ini menceritakan antara lain tentang eksistensi manusia yang tergantikan oleh kecerdasan buatan yang ada dalam sistem komputer yang saling terkait.
Dan sejak pendiri Intel Gordon Moore pertama kali menulis editorial tentang perkembangan dunia komputasi pada 19 April 1965, perkembangan teknologi yang menyerupai pekerjaan manusia terus terjadi. Teknologi dan kecerdasan buatan juga pada akhirnya melanda dunia jurnalistik sesuai dengan perkembangan masa.
Hingga tibalah saatnya kecerdasan buatan benar-benar digunakan untuk menggantikan beberapa tugas wartawan.
Pada 2014, kantor berita Associated Press menggunakan artificial intelligence (AI) untuk merilis laporan keuangan.
Lalu pada 2016, Washington Post menggunakan teknologi Heliograf untuk memproduksi berbagai laporan singkat dalam event Olimpiade Brasil.
Saat ini penggunaan AI kian meluas, termasuk dalam dunia jurmalistik. Dengan menggunakan metode natural language processing (NLP) yang tepat, maka chatbot akan mampu untuk menulis sebuah berita yang utuh, layaknya pekerjaan seorang wartawan manusia.
Di jagad media sosial, kita tentu kerap menemukan akun bot yang bisa diprogram untuk memberi tanggapan atau komentar terhadap unggahan di media sosial. Dan dengan perkembangan media sosial ditambah besarnya jumlah pengguna medsos di Indonesia, maka algoritma dalam penyampaian berita kepada masyarakat khususnya di media sosial menjadi sesuatu yang tak bisa terbendung lagi.
Sekedar informasi, algoritma media sosial yakni sebuah sistematis pengguna dengan cara mencari apa konten (tulisan, foto, atau video) yang dicari pengguna, yang disukai pengguna, yang sering dilihat pengguna, yang diikuti pengguna sehingga menampilkan konten-konten yang sesuai dengan interest pengguna tersebut sehingga acap kali smartphone dikatakan merekam percakapan pengguna.