Lihat ke Halaman Asli

Hadi Saksono

TERVERIFIKASI

AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Lanjutan Liga 1 Kembali Mundur, Usai Sepakat untuk Tidak Sepakat

Diperbarui: 30 November 2022   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertandingan Arema FC vs Persebaya 1 Oktober 2022 berakhir ricuh dan Liga 1 dihentikan. (Sumber foto: Kompas.com)

Semula, PT Liga Indonesia Baru (LIB) di bawah komando direktur utama yang baru, Ferry Paulus, merencanakan Liga 1 kembali bergulir pada 2 Desember mendatang. Namun skeptisme saya muncul, karena rencana itu dinyatakan oleh sang dirut kepada awak media, pada 24 November lalu, alias kurang lebih hanya sepekan sebelum lanjutan kompetisi Liga 1 berencana digulirkan kembali

Mengapa saya skeptis?

Tentunya karena format lanjutan kompetisi yang akan menggunakan sistem bubble, seperti yang digunakan pada musim 2021/2022 lalu. Penggunaan sistem gelembung ini memang beberapa kali muncul sebagai salah satu opsi lanjutan kompetisi Liga 1 usai Tragedi Kanjuruhan yang berdampak pada hiatus kompetisi.

Namun sependek dan seawam pengetahuan saya, mengubah sistem kompetisi di tengah jalan tentu tak semudah yang dibayangkan. Memang, wilayah pelaksanaan sistem gelembung ini sudah ditentukan, yakni di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Stadion yang akan digunakan pun sudah dirilis, yakni Stadion Maguwoharjo (Sleman), Stadion Jatidiri (Semarang), Stadion Sultan Agung (Bantul), dan Stadion Soebroto (Magelang) serta Stadion Manahan (Solo).

Masalahnya, sudahkan lanjutan sisa kompetisi yang menggunakan sistem gelembung ini tersosiaslisasikan dengan baik kepada klub-klub? Pada tanggal 24 November itu, Ferry Paulus mengklaim klub-klub peserta Liga 1 telah setuju dengan sistem ini. Meski Ferry juga menegaskan, keputusan soal format kompetisi adalah sepenuhnya di tangan operator, dalam hal ini LIB.

Kemudian bagaimana dengan stadion yang akan digunakan? Apakah sudah benar-benar dinyatakan layak untuk menggelar lanjutan kompetisi, meskipun tanpa dihadiri oleh penonton? Sebab kalaupun tidak ada penonton, bagaimana jika (misalnya) terjadi bencana seperti gempa bumi?

Sebelumnya, sejumlah klub menyatakan meniolak kompetisi dilanjutkan dengan sistem gelembung. Persebaya dan Persis Solo adalah dua klub yang mempelopori penolakan ini. Dan klub-klub lain seperti Madura United dan Bali United pun turut menyatakan penolakan terhadap sistem gelembung.

Akan tetapi, pernyatan Ferry Paulus soal kompetisi akan kembali bergulir pada2 Desember menjadi menggantung, ketka ia mengatakan kepastian soal kelanjutan kompetisi, akan diputuskan dalam rapat koordinasi di Kementerian Pemuda dan Olah Raga pada 28 November 2022.

Dan bukan sepak bola Indonesia namanya kalau tak menghadirkan plot twist. Pada perkembangannya, Liga 1 pun tidak jadi dimulai kembali pada 2 Desember 2022. Kepastian itu didapat usai rapat maraton yang diawali rakor di Kemenpora pada 28 November dan dilanjutkan oleh rakor di Mabes Polri pada 29 November 2022.

Brigjen Pol Roma Hutajulu, Karobinops Staf Operasi Polri menyatakan kepolisian belum memberi lampu hijau digelarnya kembali kompetisi sepak bola kasta tertinggi di negeri ini. Menurutnya, usai rakor antara stakeholder sepak bola nasional dengan Polri ini, masih ada sejumlah hal yang harus dipenuhi, khususnya dalam hal pengamanan. Dalam hal ini, Polri bersama Kementerian PUPR harus kembali memverifikasi stadion yang akan digunakan untuk melanjutkan Liga 1 dengan sistem gelembung.

Roma Hutajulu menyatakan verifikasi meliputi beberapa aspek, seperti keamanan, keselamatan, dan kesehatan. Dari segi keamanan, Polri mesti menyesuaikan semuanya dengan Peraturan Polri (Perpol) Nomor 10 tahun 2022 tentang Pengamanan Penyelenggaraan Kompetisi Olahraga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline