Lihat ke Halaman Asli

Cak Glentong

Pemerhati masalah budaya dan agama

Bagai Dinasti Berbulu Demokrasi

Diperbarui: 25 Juli 2020   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa wajah Indonesia yang kita harapkan saat gerakan reformasi digulirkan?? Setelah Presiden Suharto mengundurkan diri.  Kemudian silih berganti presiden memimpi RI. Masih ingatkah kita pada harapan dan impian itu? Masih setiakan kita pada mimpi mimpi itu.

Hati-hari ini  berita tentang politik dinasti makin menguat.  Tentu semuanya ini tidak bisa dilepaskan dengan terpilihnya  Gibran Rabuning Raka, putr Presiden Jokowi, dalam rekomendari calon wali kota Solo.

Sangat wajar, apa yang berkaitan dengan Presiden Jokowi mudah sekali menjadi trending topik, apalagi untuk sesuatu yang sebenarnya sangat peka dalam perasaan kita, yakni adanya sistem dinasti yang identik dengan nepotisme.

Ada banyak kasus yang lain, Partai Demokrat antara mantan Presiden  SBY dengan Agus Harimurti Yudhoyono, PDIP antara Megawati dengan Puan Maharani, dan banyak kasus kepemimpinan lokal lainnya.

Kata dinasti tentu identik dengan sistem kerajaan, di mana kekuasaan diwariskan secara turun temurun, bukan sebuah proses rasional yang ditentukan oleh masarakat.

Anak raja akan menjadi putra mahkota dan kelak akan menjadi pengganti sang raja. Begitu seterusnya, anak raja akan menjadi raja, tanpa peduli apakah ia mempunyai kemampuan untuk menjadi raja yang baik, dalam banyak catatan sejarah ada rasa yang menjadi raja saat masih anak-anak. Ia tetap menjadi raja, karena memang aturan hukumnya seperti itu.

Tentu kelemahan dari dinasti pada sistem kerajaan jika sang anak tidak mempunyai kemampuan menjadi raja, maka negara akan menggalami  kemunduran bahkan kehancuran. Jika muncul tokoh yang karismatik dalam negara tersebut, bisa memunculkan kudeta atas kerajaan tersebut, karena dipicu ketidakmampuan raja dalam memimpin negaranya. Dia menjadi raja bukan kemampuan tetapi hanya keturunannya saja.

Lalu apakah ketika kita sudah menerima demokrasi sejak merdeka, walaupun dalam sejarahnya banyak lika-likunya,dinasti masih akan diterima oleh masarakat?? Bukankah masarakat kita masih trauma dengan Nepotisme yang menjadi salah satu teriakan ketika bangsa ini memilik melakukan reformasi??

Isu adanya dinasti dalam politik Indonesia karena ada beberapa kasus seorang anak pemimpin atau pejabat menjadi calon pemimpin. Puncaknya saat Gibran putra dan Bobby putra menantu s Presiden Jokowi, mendapatkan rekomendasi dari PDIP untuk menjadi pemimpin daerah, Siti Nur Azizah putri Bapak Wakil Presiden Makruf Amin, begitu juga putra Pramono Anung (sekretaris kabinet), Haninddito Himawan yang akan maju dalam pilkada Kediri. Dan masih banyak yang lain.

Apakah ini sebagai tanda munculnya dinasti politik yang akan mengebiri tumbuhnya demokrasi??

Begitu pula tepilihnya AHY di Partai Demokrat sebagai bagian dari politik dinasti??  Sebuah fakta harus diakui peran SBY begitu terasa, sejak AHY ikut dalam persaingan pilkada di DKI.  Adanya aroma politik dinasti pasti terasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline