Lihat ke Halaman Asli

Test Drive Pajero Sport Dakar 4×2

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pajero Sport Dakar

[caption id="" align="alignleft" width="480" caption="Pajero Sport Dakar"][/caption] Akhirnya kesampaian juga saya mencoba Mitsubishi Pajero Sport, mobil yang mulai mendesak dominasi Toyota Fortuner di segmen family-SUV. Saya sudah mencoba berulangkali mencoba Fortuner, dan sudah tidak sabar sekali untuk mengkomparisnya dengan Pajero Sport. Sejak 3 tahun terkahir Pajero Sport memang terus menerus meraih popularitas, semakin banyak terlihat di jalanan. Di IIMS 2011 lalu misalnya, Pajero Sport terjual 890 unit atau 90 persen dari total jualan PT Kramayudha Tiga Berlian (KTB), agen pemegang merek Mitsubishi di Indonesia. Rivalnya Toyota Fortuner saja terjual 925 unit. Jaraknya semakin lama semakin menipis. Unit yang dipinjamkan ke saya adalah model paling baru, yakni Mitsubishi Pajero Sport Dakar 4×2 seharga Rp408 juta warna putih. Model sebelumnya, Dakar 4×4 dijual hampir Rp468an juta. Versi Dakar 4×2 ini yang lebih terjangkau ini di IIMS 2011 laku 126 unit. Sedangkan Dakar 4×4 yang sangat segmented, hanya menyumbang 6 unit. Tapi, model paling laris adalah Pajero Sport yang termurah, yakni Exceed 4×2 yang diserap 703 pembeli, disusul GLS 50 unit, dan GLX 4×4 5 unit. Jadi Exceed 4×2 untuk yang bujetnya agak ngepas, dan Dakar 4×2 untuk mereka yang ingin fitur sedikit lebih mewah dan sporty. Mobil bermesin diesel ini menggunakan mesin baru 2.5L DOHC Commonrail Turbocharged Intercooled, 4 silinder In-line (4D56). Kode 4D56 berarti mesin baru, yakni menggunakan Direct Injection Diesel dan Variable Geometry Turbo (VGT). Yang paling saya rasakan adalah performanya yang bekerja maksimal di RPM (putaran mesin) rendah maupun tinggi. Saya tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan akselerasi spontan, misalnya untuk menanjak atau mendapatkan kecepatan tinggi dalam waktu singkat. Dalam kecepatan tinggi pun, saya juga tidak mengalami kesulitan berarti untuk menambah tenaga atau torsi lagi, katakan untuk menyalip di tol. Maklum, diatas kertas tenaganya memang cukup besar, yakni 178 ps pada 4.000 rpm. Tenaga yang besar ini bisa jadi salah satu alasan konsumen untuk membeli mobil ini. Karena para pembeli Pajero Sport adalah mereka yang sudah tidak asing lagi karakter SUV. Dan jangan lupa, transmisi triptronic sangat membantu saya mendapatkan momentum dan berakselerasi. Oke, disektor eksterior memang ada perubahan grill depan honey comb model chrome, foglamp, rear spoiler, serta lebih muffler atau knalpotnya. Plus sentuhan manis sunroof milik, walau sebenarnya di Indonesia tidak terlalu berguna. Interior Dakar lebih mewah dengan jok kulit warna Burgundy, dipadu door trim berwana hitam. Kabinnya sebenarnya tidak ada beda dengan Exceed. Setirnya yang berat sangat stabil untuk menikung, begitu juga fitur tilt steering yang membuat kita mudah mengatur-atur posisi duduk. Ruang kaki depan luas. Remnya juga sangat pas, tidak terlalu cekat, tapi merespon dengan detil sentuhan jari. Saya catat juga beberapa minus Dakar. Pertama, setelah diturunkan, power window tidak naik secara otomatis. Cukup ganggu setelah bayar tol, power window harus dipencet terus hingga jendela menutup sempurna. Lalu, radius putar minimum yang lebar, 5,6 meter, memang agak menyulitkan saat parkir, atau bermanuver di jalanan sempit. Lihat saja bodinya yang panjangnya mencapai 4,6 meter dan lebar 1,8 meter. Tapi sebenarnya masih sedikit lebih kecil dari Toyota Fortuner yang memiliki radius putar minimum 5,7 meter. Untunglah ada sensor parkir yang sedikit membantu. Beberapa fungsi juga saya nilai mengganggu. Misalnya bagian belakang yang sempit. Suara lampu sein yang cemen. Kabin juga tidak kedap, terutama dalam kecepatan 100 kilometer per jam, angin dari luar berisik sekali. Sehingga berbicara harus dikeraskan, volume CD/radio harus ditambah. Tapi sebenarnya ada kisah agak aneh dalam test drive kali ini. Entah kenapa, mobil ini nyaris dua kali diserempet oleh mobil lainnya. Padahal, baik saya dan istri yang bergantian menyetir, sudah berada sesuai jalurnya. Hedeh. Kedua ketika saya membuat mobil tersebut nyangkut di Sentul City. Sebabnya karena saya terlalu pede dengan ground clearance yang 215 mm itu. Ternyata, salah satu sudut kawasan Sentul City yang berbatu itu terlalu berbahaya. Yang semula saya kira pasir, ternyata isinya batu. Alhasil, mobil nyangkut karena tanah yang mentok di gardan dan as depan. Sedangkan ban belakang sebelah kanan terangkat hingga tidak mendapatkan traksi. Karena ini 4×2, tidak ada yang bisa dilakukan selain mulai menyingkirkan tanah bercampur batu yang menghambat gardan. Untunglah saya dibantuk oleh beberapa orang yang kebetulan ada disana. Setelah selesai, saya masih penasaran untuk mengajak si Dakar ini bermanuver di tengah pasir yang licin. Injak gas penuh, dan putar setir, mobil pun berputar dengan cantiknya. Yang saya tidak sangka adalah bodi roll-nya yang hebat. Ketika mobil mementalkan daya dorong yang berlawanan, kemudi tidak bisa saya kontrol. Wow, cukup ngeri. Kalau terlalu cepat, bukan tidak mungkin mobil akan terguling. Anyway, kesimpulan saya adalah mobil ini laris karena memang memberikan banyak value kepada konsumennya. Dari tampang yang sporty, tenaga besar, ground clearance tinggi, juga tidak rewel karena mau minum solar biasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline