Pria Baya dan Dompet Tebalnya
Dubrak....Tersentak aku dari kantukku dari semilir terobosan semilir angin jendela bus kota. Tetiba seorang separuh baya duduk disampingku. Disaat itu, bus tingkat merupakan ikon kendaraan transportasi Jakarta. Aku begitu bangga dan senang dan naik bis kota di tingkat atas untuk menikmati pemandangan kota. Namun semilir angin jendela bis membuat diriku tertidur dengan begitu nyenyak.
Kupandangi sekilas bapak yang duduk di sampingku, tanpa ucap maaf apalagi salam, dia duduk begitu saja seenaknya. Nampak ternampak dari wajahnya ada suara nafas tersengal seolah diburu sesuatu. Sesekali ia menyeka keringat yang ada didahi dengan jemarinya, padahal udara begitu sejuk di dalam bis dengan angin semilir berasal dari jendela samping bis.
*******
Tersentak kembali tatkala aku melihat ada sesuatu yang menyembul dari balik pahanya, ada topi yang terduduki, namun terlihat sebuah dompet dan menyembul beberapa lembaran uang di dalamnya. Dia pun segera menoleh kepada ku dengan mata sedikit curiga dan sedikit menyeramkan dengan cambang yang memenuhi sebagain mulut dan dagunya.
Dengan serta merta aku pun beringsut menggeser tubuhku ke arah jendela bis dan pura-pura tertidur Kembali. Hati ku berdegub begitu kencang melihat peristiwa tersebut dan seolah meraba dan berpikir siapakah gerangan bapak yang duduk disampingku. Mengapa dompet tebal berada dalam topi dan harus diduduki?. Bukankah dompet seharusnya berada dalam saku celana belakang?.
*******
Hah?..... jangan-jangan, bapak itu seorang pencopet. Ya benar!, pria yang duduk disampingku adalah pencopet, dia telah berhasil mengambil dompet dengan sigap dari salah satu penumpang bis. Kalau memang benar dia seorang pencopet, apa tindakan ku saat ini, haruskah aku berteriak..? Pikiranku semakin kalut dan mencoba berpikir dalam tidur kepura-puraan ku.
Aku pun pura-pura terbangun dengan sedikit menggeliatkan badanku yang tidak pegal serta merapikan dudukku kembali. Namun, aku segera merapatkan tas yang berada dalam pelukanku, walau di dalam tas hanya ada beberapa lembaran uang sebagai ongkos dan uang makanku hari ini.
Aku pun pura-pura tak perduli, apalagi bertanya dan menyapa. Sementara pria itu sengaja memperhatikan gerak-gerikku dengan wajah penuh selidik. Dalam geliat badanku seolah aku mencoba untuk menengok ke belakang dan sekelilingku. Apakah dia sendiri, atau ada teman komplotannya?. Namun tak terlihat wajah mencurigakan, hanya ada beberapa pria yang nampak seperti pekerja kantoran jika melihat pakaian yang dikenakan. Apakah dia seorang diri?.
*********