Bingkisan Lebaran: Menerapkan Prinsip Marketing 4P Ala Michael Porter Bagi pegawai Untuk Meningkatkan Kinerja di Kantor
- Introduksi
Dalam kondisi wabah virus Covid-19 yang belum juga kunjung usai, menginjak tahun kedua suasana lebaran dengan kemeriahan sempat terganggu, terutama tradisional mudik untuk saling bersilaturahim dengan sanak saudara atau teman lama. Dengan demikian acara berbagai pertemuan terpaksa sebagian besar ditiadakan atau melakukan silaturahim dengan menggunakan teknologi komunikasi terkini entah dengan aplikasi zoom atau google.meet, dan lainnya.
Demikian halnya dengan kami, untuk melepas rasa kangen dan rindu bersama kekawanan alumni silaturahim di suasana lebaran atau hari raya idul fitri dilakukan melalui media virtual dengan menggunakan aplikasi teknologi google,meet. Di layar kaca entah di Hand Phone (HP) maupun laptop, ternampak wajah-wajah kawan yang lama tak jumpa. Dalam suasana lebaran, berseliweran ucap kata saling memafkan, bertanya kabar diri atau keluarga maupun sekedar mengenang kisah lama saat masih di sekolah dengan kelucuan, lempar tawa canda dan lainnya. Akhirnya mulai terlibat dengan pembicaraan serius tentang kisah sukses beberapa kawan entah sebagai wiraswasta atau pengusaha, pegawai atau pejabat baik di swasta atau negeri, bahkan ada pula sebagai konsultan, entertainment atau motivator, obrolan serius salah satunya sebagai berikut:
- Diskusi Menarik Pengalaman Kisah Sukses Teman Reuni
Pertemuan reuni dengan kawan lama dan terjadi pembicaraan serius ketika seorang kawan yang bercerita tentang kisah suksesnya sebagai pengusaha kuliner dan pengusaha bengkel otomotif, mereka mencoba berbagi pengalaman dan berharap menjadi motivasi bagi teman lainnya. Dari diskusi tak terarah kedua pengusaha tersebut, penulis mencoba mengikhtisarkan kesuksesan mereka secara sekilas dari sudut prinsip marketing ala Porter.
Kekuatan bisnis sesuai prinsip marketing ala Michael Porter yang terkenal dengan 4 P-nya yakni Price, Place, Product dan Promotion. Nah untuk bos kuliner yang satu ini, karakter bisnisnya membangun bisnis untuk level menengah sehingga lebih fokus pada lokasi yang strategis (Place) dan sensitivitas harga (Price). Banyak UKM yang mampu bertahan dalam kondisi wabah saat ini karena kekuatan dengan penerapan low price (harga murah) dan itu bisa dilakukan karena mereka tidak memiliki cost of capital (biaya investasi) tinggi. Jika mereka lakukan investasi tinggi, dia harus bebankan biaya kapital sebagai fix cost pada harga produknya. Itulah kenapa perusahaan besar tidak berani menerapkan harga murah (tapi harga wah). Dengan harga wah (mahal atau harga premium) akan dibeli pelanggan karena perusahaan akan menambah biaya promosi (iklan). Contoh ekstrim, pisang goreng dengan harga Rp 15 ribu akan dibeli jika ada artis yang makan produk tersebut dalam iklannya.
Demikian dengan lokasi, UKM kuliner akan mencari lokasi strategis lebih fokus pada dimana banyak orang lewat dibandingkan harus menyediakan parkir. Karena mereka telah membungkus produk sedemikian rupa agar praktis bisa dibawa (take and carry), minimal dengan metode drive-through jika pelanggan gunakan kendaraan. Dan berbeda dengan pengusahaan resto besar, mereka akan fokus sediakan parkir dan tempat yang nyaman untuk duduk berlama-lama dengan menampilkan sajian menu dan suasana ruangan yang menarik.
Berikutnya, akan berbeda cerita atas sharing-experience seorang teman sebagai pengusaha bengkel. Sebenarnya bisnis keduanya tetap memegang 4P dari saran ahli pemasaran Prof, Michael Porter, namun fokusnya yang berbeda. Karena bisnis bengkel sudah terpola atau seragam termasuk pelangganya, maka semua proses bisnis sudah memiliki pakem atau SOP (prosedur operasional standar) dari perusahaan besar yang menaunginya. Oleh karenanya manajemen yang dikelola adalah harus mampu membaca spare-part yang dibutuhkan pelanggan yang mengalami kerusakan, dan kepercayaan memperoleh ketersediaan spare-part dari distributor. Dengan demikian mereka akan memperoleh diskon internal dari distributor atau pabrikan tersebut sebagai keuntungannya.
Jadi jangan dicampur adukkan kedua bisnis tersebut, model kesuksesan pengusaha bisnis kuliner dengan bengkel memiliki karakter bisnis yang berbeda. Misal, jangan pernah berikan harga service yang murah kepada pelanggan dengan harapan akan banyak pelanggan. Justru pelanggan akan curiga, jangan2 kualitas spare-part yang diberikan mutunya rendah. Tetapi jagalah pelanggan dengan memberikan pelayanan nyaman seperti ruang tunggu atau berikan kopi dan siapkan majalah plus wifi gratis agar mereka betah menunggu walau mengantri saat kendaraannya di-service. Dan sebaliknya, untuk UKM atau bisnis kuliner level menengah, justru kecepatan pelayanan sebagai unggulan, jangan sampai pelanggan marah karena terlalu lama antri dan meninggalkan pesanannya.
- Prinsip marketing 4 P ala Michael Porter
Dalam dunia bisnis, istilah marketing atau pemasaran sudah dikenalkan oleh Neil Borden sejak tahun 1950 yang dikenal dengan strategi pemasaran 4 P. Kemudian pada tahun 1960-an, Jerome Mc Carthy mencoba mengembangkan menjadi model 7 P, ada pula mengusulkan 5P atau 8 P dan lainnya. Namun dari kesemuanya, Prinsip marketing 4 P masih menjadi model yang disukai, prinsip dasar 4 P adalah Product (produk), Price (harga), Promotion (promosi), dan Place (tempat).
Hal pertama, Product (Produk), Produk adalah jantung pemasaran karena semua aktivitas pemasaran dimulai dengan produk. Produk bukanlah bentuk fisik semata saja, tetapi bisa berbentuk tidak berwujud seperti layanan, kepribadian, organisasi, dan ide. Tanpa suatu produk, kita tidak memiliki harga, promosi atau tempat. Karenanya, dari semua 4 P, Produknya adalah yang paling elemental. Di sini, penting untuk memahami hubunngan tentang produk dan bauran pemasaran. Bauran produk adalah seluruh rangkaian produk yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggannya. Keputusan mengenai bauran produk akan bergantung pada banyak faktor antara lain: Rancangan, Fitur, Nama merk, Variasi produk, Kualitas, Jasa, dan Pengemasan, pengembalian, dll.
Hal kedua, Price (Harga), Harga adalah nilai moneter yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh atau memiliki produk suatu perusahaan. Ini adalah komponen penghasil pendapatan yang penting bagi perusahaan.