Lihat ke Halaman Asli

Cak Bejo

Menembus Batas Menguak Yang Tersembunyi

LDII: Pancasila sebagai Filsafat Hidup

Diperbarui: 23 November 2024   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yudi Latif saat memberikan paparan tentang Pancasila sebagai filsafat di Sekolah Virtual Kebangsaan DPP LDII, Sabtu (23/11). Sumber foto: DPP LDII

Yudi Latif: Pancasila Adalah Filsafat yang Diterapkan Sehari-Hari  

Jakarta (23/11) -- Akademisi Ilmu Pengetahuan Indonesia (IPI) Yudi Latif menyampaikan bahwa Pancasila merupakan weltanschauug, atau filsafat hidup yang diterapkan sehari-hari. Pernyataan ini ia sampaikan dalam Sekolah Virtual Kebangsaan Sesi I yang digelar DPP LDII, Sabtu (23/11), secara daring dan luring.  

"Weltanschauug adalah pandangan hidup yang berkembang di masyarakat, sementara filsafat adalah pemikiran saintifik rasional yang universal. Tidak semua filsafat menjadi pandangan dunia, begitu pula sebaliknya," ujar Yudi.  

Ia menjelaskan, sila pertama hingga ketiga Pancasila mencerminkan filsafat dasar negara, sedangkan sila keempat dan kelima mengatur tata kelolanya. Proses ini mencerminkan pengolahan kearifan lokal menjadi sistem filosofi universal oleh para pendiri bangsa.  

Pancasila: Ideologi atau Bukan?  

Menurut Yudi, Pancasila menjadi ideologi jika diintegrasikan dengan sistem pemikiran yang koheren untuk dijadikan dasar interpretasi dan tindakan. "Filsafat Pancasila dijembatani oleh ideologi warga yang bertindak dan berpikir sesuai nilai-nilai gotong-royong, musyawarah, dan kerja sama," jelasnya.  

Yudi menekankan pentingnya komunitas dalam membangun tata nilai Pancasila. "Komunitas seperti LDII konsisten menjaga nilai-nilai Pancasila. Ke depan, negara harus bersinergi dengan komunitas untuk memperkuat pembudayaan Pancasila," tambahnya.  

Sebagai penutup, Yudi menyoroti perlunya peningkatan ilmu ketatanegaraan, politik, dan ekonomi berbasis Pancasila untuk menguatkan landasan bangsa. "Tanpa itu, kita berisiko kehilangan arah kebangsaan," tegasnya.(*/Ac)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline