Jakarta (2/10) – Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober tidak hanya sekadar momentum untuk mengenang pengakuan batik sebagai Warisan Budaya Nonbendawi Dunia oleh UNESCO, tetapi juga menjadi pemicu kreativitas para pembatik dalam menciptakan tren mode terbaru. Malik Rosyidi, warga LDII asal Gunungkidul, Yogyakarta, mengungkapkan bahwa batik terus berinovasi mengikuti tren mode yang berkembang di masyarakat.
“Setiap tahun, motif dan warna batik selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar. Tren ini mempengaruhi kreativitas para pengrajin, baik dalam hal motif maupun teknik pewarnaan,” ujar Malik yang sudah menekuni dunia batik sejak 2007. Ia mencontohkan, pada masa pandemi Covid-19, motif batik yang terinspirasi dari bentuk virus menjadi tren, begitu juga saat musim buah durian, motif batik durian menjadi incaran banyak pembeli.
Lebih lanjut, Malik menjelaskan bahwa dalam proses pewarnaan batik, terdapat dua jenis pewarnaan, yaitu pewarna alami dan sintetis. Menurutnya, meskipun pewarna alami lebih ramah lingkungan, harganya juga lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan alami seperti kunyit, pandan, dan buah kakao.
“Harga batik dengan pewarna alami memang lebih tinggi karena prosesnya yang lebih rumit dan memerlukan ketelatenan. Namun, kualitas dan keunikan warnanya membuat batik ini memiliki nilai jual yang lebih baik,” jelas Malik.
Sebagai seorang pengrajin batik yang menetap di Yogyakarta, Malik merasa memiliki tanggung jawab besar untuk melestarikan budaya batik Indonesia. “Yogyakarta sudah diakui sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council pada 2014. Sebagai warga yang tinggal di sini, saya merasa perlu untuk terus berinovasi agar batik tetap hidup dan diminati oleh generasi muda,” ungkapnya.
Hari Batik Nasional diharapkan dapat menjadi semangat bagi para pengrajin batik, terutama warga LDII, untuk terus menggali potensi dan melahirkan karya-karya yang tidak hanya bernilai seni tinggi tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang positif.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H