Lihat ke Halaman Asli

"Ankabut"

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kulihat seekor mahklukNya begitu unik,
Dia rajut benang emasnya dengan keikhlasan,
Helai demi helai...,Masa demi masa,
Dia jalankan takdirnya penuh kepasrahan.

Seringkali badai merobek jala hatinya,
Tetapi dia selalu tersenyum penuh kesabaran,
Dia sulam dengan airmata kebahagiaan,
Demi menjaring getar getar hidayahnya.

Kala surya menyapa peraduannya,
Butiran kristal menghiasinya istananya,
Begitu indah dan mempesona,
Bagaikan kemilau embun syurga.

Ya Rabb bisakah aku merajut perintahMu,
Ya Rabb bisakah aku menyulam kehendakMu,
Bagaimana aku harus menjaring cahayaMu,
Sementara dunia dan nafsu terus menipuku.

Nafas demi nafas...,Detik demi detik,
Ku terus mengukir dosa dengan iblis,
Ku hiasi istanaku dengan kesombongan,
Ku tutup kalbuku dengan tirai keangkuhan.

Luasnya samudra tak sanggup menampung dosaku,
Tingginya gunung tak sanggup menyamai dosaku,
Sementara sang waktu terus memburuku,
Dan Al maut terus membayangi langkahku,

Ya Rabb Engkaulah Yang maha pemilik Cahaya,
Ya Rabb Engkaulah Yang maha pemilik Hidayah,
Ya Rabb Engkaulah Yang maha membimbing,
Ya Rabb Engkaulah Yang maha pengampun,

Engkau ciptakan segalanya dengan sempurna,
Engkau ciptakan segalanya dengan ukuran,
Tidakkah aku memetik pelajaran dari dia,
Dia sang guru...,Dialah sang Ankabut.

C.A.
15-02-2010

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline