Lihat ke Halaman Asli

Teruntuk Papaku

Diperbarui: 23 September 2022   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

"Papa, apakah aku pernah memberitahumu bahwa kamu adalah pahlawan superku?"

Kalimat tersebut terlintas di pikiranku beberapa hari setelah papaku dirawat di rumah sakit. Penyakit Stemi yang sungguh menyakitkan menginjak-injak tubuh bagian depan papaku. "Rasanya seperti ditindih 1.000 ton kapal!". Sungguh tidak disangka papaku masih bisa tersenyum dalam kondisi tersebut.

Papaku selalu berusaha hidup sehat, teratur dalam pola makan, menghindari rokok, dan berolahraga. Namun, penyakit ini tiba-tiba menyerangnya di saat ia sedang hectic dalam pekerjaannya. Mungkin memang karena keriuhannya, penyakit ini menerobos tubuh papaku.

Papaku lahir di Jakarta, tahun 1970. Dengan etnis Cina, papaku tidak pernah mengerti bahasa Mandarin ataupun Hokkien sekalipun. Ia lebih banyak berbaur dengan orang-orang yang berbeda latar belakang darinya dan selalu berusaha mewujudkan kondisi integrasi di sekitarnya.

Secara sifat, Papaku merupakan orang yang tekun dan disiplin. Ia tidak pernah menyia-nyiakan waktu satupun untuk hal-hal tidak berdampak baik baginya. Di sekolah, ia selalu siap dan semangat untuk belajar per mata pelajarannya demi masa depannya.

Memulai masa dewasa, Papaku gigih bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya di masa depan. Ia selalu berusaha menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, sekalipun pekerjaan yang dilakukannya sulit dan berat.

Semenjak punya anak, Papa selalu berusaha meluangkan waktu untuk anak-anaknya, aku dan adik, dan menyekolahkan kami di sekolah yang baik agar kelak bisa sukses di masa depan. Selain itu, ia juga mau membantu kami dalam belajar akademik secara sungguh-sungguh di setiap waktu kosong yang ada meskipun hanya 10-30 menit. Ia juga mengajarkan saya untuk selalu berbagi kepada sesama dan membantu orang lain yang sedang kesusahan walaupun orang tersebut suka meminta-minta. Saya pun sangat bersyukur memiliki sosok seperti Papa yang tidak hanya rajin, namun di dalam dirinya juga sungguh peduli dengan orang lain.

Mengapa aku tidak pernah mengatakan ke Papa bahwa ia adalah pahlawan superku? 

Sebenarnya pernah, namun sudah lama sekali. Di kala aku masih kecil, seorang kenalan Mama pernah bertanya kepadaku, "kamu lebih sayang sama Mama atau Papa?" Aku yang kaget ditanya begitu berusaha memikirkan jawabannya, dan menjawab Papa yang saat itu sempat mendengarkan pembicaraan ini.

Kala itu, memang aku sungguh dekat dengan Papa. Setiap ia pulang kerja, aku langsung datang ke Papa dan memintanya untuk ikut beli bensin. Kami pergi ke SPBU terdekat yang terdapat toko makanan, dan membeli berbagai macam makanan di sana yang sebetulnya tidak dibutuhkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline