"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." - Ir. Soekarno
Awal mula dari lahirnya rasa nasionalisme ditandai dengan hadirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo yang dibentuk pada tanggal 20 Mei 1908, tujuan utama berdirinya Budi Utomo adalah untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
Tidak hanya itu saja, 20 tahun kemudian peristiwa sumpah pemuda pun terjadi di tanggal 28 Oktober 1928 yang dimana sumpah itu berisi tentang janji para putra dan putri Indonesia yang akan selalu satu tanah air, bangsa, maupun bahasa yang digunakan sampai sekarang yaitu bahasa Indonesia.
Sumpah Pemuda sendiri merupakan "akar" dari rasa nasionalisme yang adalah rasa cinta tanah air dan membangun semangat-semangat para pemuda memperjuangkan kemerdekaan.
Namun, sebelum sumpah pemuda terjadi dan menjadi awal dari persatuan untuk memperoleh kemerdekaan, pemerintah Belanda berusaha untuk membuat perpecahan setiap daerah agar lebih lemah.
Pengaruh pemerintah Belanda tersebut membuat organisasi-organisasi pemuda bersifat kedaerahan dan kecil yang menjadikan organisasi tersebut hanya fokus kepada beberapa daerah saja bukan seluruh Indonesia seperti Jong Java pada tanggal 7 Maret 1915.
Tri Koro Dharmo (Jong Java) merupakan organisasi yang hanya fokus pada daerah Jawa, Bali, Lombok, dan Sunda. Selain itu, ada juga Jong Sumatranen Bond yang didirikan 2 tahun setelah lahirnya Jong Java pada tanggal 9 Desember 1917, juga Jong Bataks Bond untuk suku Batak, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes, Sekar Rukun, Timorsch Verbond, Pemuda Kaum Betawi, dan sebagainya.
Beruntung, perlahan-lahan masyarakat menjadi sadar bahwa rasa nasionalisme mereka yang direalisasikan dengan membuat organisasi kedaerahan tidak cukup efektif untuk melawan para penjajah yang kuat dan penuh dengan strategi, mereka tidak bisa sendiri. Mereka mengerti bahwa mereka harus bergabung dengan daerah-daerah lain sehingga menciptakan rasa persatuan dan kesatuan nasional, bukan hanya daerah. Lagipula, selama tujuan mereka sama yaitu untuk mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan kenapa tidak?
Berkat rasa nasionalisme yang direalisasikan dengan tindakan persatuan, akhirnya Indonesia bisa merdeka pada tahun 1945. Sudah 78 tahun berlalu, seiring dengan perkembangan teknologi yang kian hari semakin berkembang, rasa nasionalisme di Indonesia berkurang jauh dan menjadi tantangan, terutama pada masing-masing pribadi setiap pelajar dan generasi mereka.
Mereka cenderung hidup untuk diri sendiri dan tidak terlalu memerdulikan tanah air. Globalisasi membuat budaya asing banyak memengaruhi budaya asli Indonesia yang tertanam sejak dahulu, dan budaya asing-lah yang lebih diminati. Lebih parahnya lagi, para generasi menyerap budaya-budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya Indonesia.