Mungkin pernah kita melihat berita mengenai seseorang yang membunuh tetangganya sendiri karena sering ditanyai 'Kapan Nikah'.
Gue bayangin lho kejadiannya (Ini khayalan gue) :
A : "Bro..."
B : "Iya bro"
A : "Kapan Nikah?"
B : "(Bacok)"
Kalau kisahnya kayak percakapan diatas kayaknya dua2nya gila, ga ada angin ga ada hujan tau-tau tanya 'kapan nikah?', terus juga langsung main bacok aja, kayakya kemana-mana tu orang emang bawa senjata tajam. atau mungkin si B ini adalah pemburu penanya 'Kapan Nikah'.
Tapi memang Kalau dipikir-pikir kan ini hanya beberapa Kata dan diucapkan kurang dari 3 detik. tapi bisa bikin petaka dalam hubungan persaudaraan.
Mengomentari sesuatu yang terlihat berbeda adalah sifat alami manusia, misal ketika kita sedang duduk di meja makan, dimana semuanya makan daging ayam dan nasi, tapi ada 1 orang yang cuma makan daun kemangi, dia pasti ditanyain. "Kenapa lu ga makan daging?". tentunya ga mungkin dalam contoh daun kemangi ini si pemakan kemangi akan membacok yg nanya seperti percakapan diatas.
Sama seperti pertanyaan 'Kapan Nikah', pertanyaan kapan nikah umumnya muncul ketika melihat seseorang yang belum menikah berada ditengah-tengah orang yang sudah berkeluarga. Gue contohnya (paling enak pake contoh diri sendiri), ketika keluarga besar berkumpul, ada Pakde, budhe, paman, bibi, sepupu, dsb. gue adalah satu-satunya bujang di keluarga besar gue. karena semua cucu dari kakek-kakek kami cuma gue yang masih single. tentunya gue pasti jadi sasaran pertanyaan itu, "Kapan nyusul?", "Kapan nikah?", "Udah punya calon belum?", dsb. pertanyaan template yang setiap tahun sering diulang-ulang. rasanya kalau belum nanya begitu mulut mereka berasa ada yang kurang.
Paman gue : "Hmm... opor ayamnya enak nih"