Karya: Cahyo Anugrah Dewanto
-------------------------
Sepotong Sajak untuk Munir
Hari ini, menuju Belanda
Kau menelan racun bahaya
Arsenik bak pedang sang dewa
Menerobos masuk ke tubuhmu yang tak kuat menerima.
Selang waktu kemudian, kau sudah tiada
Nyawamu melayang di atas udara
Pelakunya pun hanya diam tak tahu apa-apa
Hingga saat ini, masih melanglang buana.
Negara kembali pada ciri khasnya
Menutupi tersangka
Menyembunyikan kasusnya
Membentengi yang berkuasa.
"Mereka berebut kuasa, mereka menenteng senjata, mereka menembak rakyat, tapi kemudian melecehkan di balik ketek kekuasaan. Apakah kita membiarkan orang-orang pengecut itu tetap gagah? Saya kira tidak, mereka gagal untuk gagah, mereka hanya ganti baju. Tapi dalam tubuh mereka adalah suatu kehinaan, sesuatu yang tidak bertanggung jawab, yang mereka akan bayar sampai titik manapun."
Satu orasimu yang tak akan kami lupa
Benteng kuasa masih kokoh di depan sana
Negara masih buta akan Hak Asasi Manusia
Namun, semangat juang tak akan lengah begitu saja.
Walau ragamu juga sudah tiada
Sosokmu tak tampak lagi nyata
Tapi, perjuanganmu tak akan pernah sia-sia
Kata-katamu, pun juga tak akan pernah binasa.
Enam belas tahun sudah kasusmu masih mengudara
Pemimpin hanya mengobral janji belaka
Katanya menyelasaikan semua
Hingga sekarang, itu tak pernah terlaksana.
Karanganyar, 07 September 2020
-RuangSinggah
#Ruangsinggah
Ilustrasi: Instagram
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H