Lihat ke Halaman Asli

Cahyo Budiman

Orang biasa

Memahami "Otak" Nunun Nurbaeti

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13109579711435595634

[caption id="attachment_120162" align="alignleft" width="360" caption="Nunun Nurbaeti (sumber : http://www.republika.co.id)"][/caption] Tidak begitu rumit memahami apa yang ada di otak di dalam kepala  senator kita, Adang Daradjatun, yang gigih melindungi istrinya, Nunun Nurbaeti, dari kejaran KPK akibat tuduhan terlibat dalam kasus cek pelawat Bank Indonesia. Tanpa harus menjadi Einstein, kita bisa mengerti sikapnya sebagai bentuk "perlindungan" seorang suami terhadap istrinya.Argumen tentang hukum beliau tidak lain hanya tameng-tameng "pelindung" yang dibangun beliau sebagai bentuk "kasih sayang" terhadap istrinya. Tidak rumit sama sekali memahami ini. Tetapi, tidak semudah itu memahami otak di dalam kepala sang istri, Nunun Nurbaeti. Bukan saja rumit untuk memahami apa yang dia fikirkan tentang kasus cek pelawat tersebut, lebih rumit lagi memahami penyakit "lupa" yang dia derita akibat penyakit Alzheimer (Alzheimer disease /AD). Sebuah penyakit yang menyerang syaraf-syaraf otak yang hingga kini belum jelas mekanisme dan pengobatannya.  Mari kita sama-sama memahami "isi otak" beliau dengan melihat penyakit ini secara lebih baik. Apa itu penyakit Alzheimer [caption id="attachment_120164" align="alignright" width="400" caption="http://asapenembakjitu.blogspot.com/2008_03_09_archive.html"]

13109581642082014307

[/caption] Pernah nonton film "A Moment to Remember" ? Film drama romantis Korea yang dibintangi "saudara kembar saya", Jung Woo-sung dan artis cantik Son Ye-jin. Dikisahkan dalam film tersebut, Ye-jin (berperan sebagai istri Woo-sung) menderita penyakit Alzheimer yang menyebabkan memorinya menjadi terganggu dan perlahan hilang total. Ye-jin bahkan mulai lupa bahwa Woo-sung adalah suaminya, keluarganya, rumahnya, dan semuanya. Perjalanan kedua pasangan terseut di tengah penderitaan akibat Alzheimer ini menjadi begitu dramatis digambarkan dalam film. Adegan ketika Woo-sung berusaha keras mengembalikan memori istrinya dengan menulis catatan-catatan kecil di setiap sudut rumahnya sangat meng-haru biru penonton. Ditambah quote Ye-jin yang membuat adegan ini bergetar: 
"I'll forget everything soon. I won't know why you're with me. You'll be gone from my mind. And so will I. You understand? As my memory disappears, my soul will too. I'm scared. "

Bagi yang belum menonton, film ini sangat direkomendasikan untuk di tonton. Bukan saja membuat kita faham begitu bahayanya penyakit Alzheimer, tapi lebih dari itu peranan orang-orang disekitar kita sangat penting bagi mental mereka yang mengidap penyakit ini. Film lainnya yang barangkali bisa ditonton adalah "U Me aur Hum" (Kamu, Saya dan Kita semua). Film Bolywood yang dibintangi oleh pasangan suami istri Ajay Devgan dan Kajol juga bercerita tentang kehidupan keluarga di tengah derita penyakit Alzheimer. Apakah kelak  Ram Punjadbi tertarik untuk memvisualisasikan perjalanan Adang Dradjatun dan Nunun Nurbaeti dalam film versi Indonesia? Ah terserahlah... Meski tentu saja film-film tersebut tidak lepas dari unsur-unsur dramatis, akan tetapi secara garis besar gambaran penderitaan yang dipicu oleh penyakit Alzheimer sudah benar. Penyakit Alzhemir merupakan penyakit yang menyerang syaraf otak dan bahkan bisa diwariskan ke keturunan (neurodegenartif). Penyakit lainnya yang tergolong neurodegeneratif adalah Parkinson (Mantan petinju Muhammad Ali adalah salah satu penderitanya ). Serangan penyakit Alzheimer ditandai dengan kehilangan memori dan daya pikir secara bertahap, dan akhirnya dapat menjadi cacat mental total. Sebelumnya tentu saja sudah mulai terlihat dari perubahan sikap, mood, dan kepribadian si penderita. Secara umum, gejala awal Alzheimer adalah mudah lupa pada hal-hal yang sering dilakukan dan hal-hal baru. Penderita juga mengalami disorientasi waktu dan mengalami kesulitan fungsi kognitif dari mulai yang sederhana (menaruh barang, memutuskan sesuatu) hingga yang kompleks seperti matematika atau aktivitas organisasi. Kehilangan memori dan daya fikir akhirnya juga bisa membuat si penderita bahkan kehilangan kemampuan verbalnya. Maka tidak aneh jika sejatinya penderita Alzheimer semestinya ditandai dengan sikap yang cenderung "diam" karena kemampuan kognitifnya yang sangat terbatas. Bisa saja jalan-jalan tapi resiko disorientasi sangat besar dan akhirnya tersesat. Di film "A Moment to Remember" ada beberapa adegan yang menggambarkan Ye-Jin tersesat ketika berjalan-jalan. Entahlah apakah Nunun mengalami disorientasi seperti ini atau tidak, karena tentu saja gejalanya akan berbeda-beda. Ronald Reagen atau Enid Blyton adalah dua tokoh terkenal yang juga menderita Alzheimer dengan tingkatan berbeda. "Perilaku" keduanya juga berbeda saat itu. Tapi, jika disebut Nunun Nurbaeti sudah mulai kehilangan memori tentang apa yang dia lakukan (tentang cek pelawat) artinya gangguan memori itu sudah di tingkat yang 'lumayan' dan biasanya juga dibarengi dengan gejala disorientasi. Jadi kenapa bisa jalan-jalan? ya itulah peliknya memahami apa yang terjadi di dalam otak beliau. Otak Penderita Alzheimer Apa sebenarnya yang terjadi di dalam otak para penderita Alzheimer ? Ada dua hallmark (tanda utama) di otak para penderita Alzheimer yang membuatnya berbeda dengan otak orang-orang sehat. Pertama, adanya perubahan struktur pada sel-sel syaraf di otak (menjadi lebih kusut dan mengkerut). Fenomena ini disebut dengan neurofibrillary tangles (NFTs).  Hallmark lainnya adalah adanya plak-plak (plaques) di ruang-ruang sekitar sel syaraf (mirip kerak di sel-sel otak). Kombinasi NFTs dan plak ini lah yang menyebabkan disfungsi otak pada penderita Alzheimer. [caption id="attachment_120167" align="aligncenter" width="300" caption="http://www.wellsphere.com"]

13109585341085829894

[/caption] Begini dongeng singkatnya. Syaraf-syaraf otak berfungsi dengan baik dan benar jika mereka 'terorganisasi' yang baik (hubungan antar satu sel syaraf dengan sel syaraf lainnya tepat). Sinyal syaraf mengalir dan satu sel ke sel lainnya lewat area yang disebut sinaps (synaps). Sinyal ini dibawa oleh "kendaraan" yang disebut neurotransmitter, salah satunya adalah asetil kolin. NFTs mengakibatkan organisasi sel syaraf menjadi rusak, sinaps menjadi kolaps, akhirnya transmisi sel syaraf akan terganggu. Sama halnya dengan NFTs, plak-plak juga akan menganggu "komunikasi" antar sel syaraf tersebut. Bahkan, plak bisa mendorong sel-sel otak mengalami kematian (apoptosis). Jika apoptosis terjadi pada sel yang bertanggung jawab pada produksi neurotransmitter maka produksi "kendaraan" pengangkut sinyal-sinyal syaraf akan tidak memadai untuk membuat transmisi sinyal menjadi baik. Akhirnya bisa terganggu atau terhenti sama sekali. Dengan kondisi tersebut maka wajar saja ada gangguan yang sangat serius pada otak penderita Alzheimer, termasuk diantaranya kehilangan memori, kontrol perilaku, disorientasi, dan lain sebagainya. Apakah NFTs dan plak benar-benar dijumpai di dalam otak Nunun Nurbaeti ? tentang ini juga tidak ada informasi pasti. Lagi-lagi pelik memahami apa yang terjadi di dalam otak beliau. Pemicu NFTs dan Plak Apa yang menyebabkan terjadinya NFTs dan plak tersebut di otak para penderita Alzheimer ? Ada dua biang kerok yang bisa kita jadikan kambing hitam sebagai pemicu hal tersebut. [caption id="attachment_120165" align="aligncenter" width="457" caption="http://www.gate2biotech.com/early-testing-for-alzheimers-disease/"]

13109583082086736171

[/caption] Pertama, protein tau. Protein ini diduga merupakan aktor utama penyebab munculnya NFTs pada penderita Alzheimer. Fungsu protein tau sejatinya adalah untuk stabilisasi bagian kerangka sel (cytosceleton) yang disebut mikrotubul. Tanpa mikrotubul sel akan kolaps, seperti rumah atau jembatan tanpa kerangka utama. Mikrotubul ini juga ada dalam sel-sel syaraf dan menjaga stuktur fisik sel tersebut. Jika protein tau kehilangan fungsi untuk menjaga stabilitas mikrotubul maka mikrotubul akan "hancur" dan efeknya membuat sel-sel syaraf mengalami perubahan struktur dan menghasilkan NFTs. Hilangnya fungsi protein tau ini bisa disebabkan berbagai hal, genetis maupun lingkungan. Secara genetik biasanya terjadi karena adanya mutasi pada gen pengkode protein tersebut. Sementara faktor luar (lingkungan) misalnya adalah kondisi stres yang menekan si penderita. Baik mutasi maupun stress yang berlebihan menyebabkan protein ini mengalami disfungsi akibat perubahan yang terjadi secara kimiawi (dalam bahasa biokimia perubahan ini terjadi karena  over-phosphorylation). [caption id="attachment_120166" align="aligncenter" width="414" caption="http://news.injuryboard.com/dimebon-slows-alzheimer39s-progression-study-shows.aspx?googleid=244176"]

13109584331937278443

[/caption] Kedua, peptida beta-amyloid. Biang kerok ini diduga menyebabkan munculnya plak-plak di otak penderita Alzheimer. Beta-amyloid sejatinya adalah bagian pendek hasil pemotongan dari sebuah protein besar yang bernama APP (amyloid precursor protein). Masih belum jelas fungsi APP ini dalam kondisi normal, tapi konon diduga untuk memfasilitasi masuknya berbagai molekul dari luar ke dalam sel. Begitu APP disintesis di dalam sel, dia akan "direlokasi" untuk menempel di membran sel (bagian teluar sel). Saat itulah pemotongan beberapa bagian protein tersebut terjadi untuk membuat protein ini berfungsi normal (istilahnya : processing atau maturation). Pemotongan ini dilakukan oleh tiga serangkai enzim: alfa- , beta- dan gamma-sekretase. Cilakanya, pada kondisi patologis (akibat mutasi pada gen pengkode APP), pemotongan APP terjadi dibagian yang tidak tepat. Simpelnya, enzim skretase di atas salah posisi ketika "menggunting" APP.  Akibatnya dihasilkan potongan-potongan pendek APP (panjangnya sekitar 39-42 asam amino) yang disebut dengan beta-amyloid. Cilakanya (lagi), beta amyloid ini bukan potongan yang stabil. Mereka akan cenderung menempel (stick) satu sama lain sehingga membentuk gumpalan besar (oligomerisasi). Oligomer beta-amyloid akan kehilangan daya larutnya (solubility) akhirnya mengendap dan menjadi kerak. Inilah plak yang kemudian terlihat tersebar di otak penderita Alzheimer. Jadi plak tersebut sejatinya adalah kumpulan beta-amyloid yang mengendap di otak kita. Hipotesis lainnya, plak juga diduga merupakan endapan dari protein tau yang kehilangan fungsinya seperti cerita di atas. Proese fosforilasi yang berlebihan (over-phosphorylation) menyebabkan protein tau kehilangan daya larutnya dan akhirnya mengendap seperti beta-amyloid. Apakah Nunun mengalami mutasi pada gen pengkode protein tau atau APP-nya ? entahlah, jalan panjang menguji itu tentu saja. Dan ini juga (lagi-lagi) bagian dari rumitnya memahami apa yang terjadi di otak Nunun. Apa yang terjadi di Otak Nunun ? Jika benar Alzheimer adalah salah satu penyakit yang diderita Nunun Nurbaeti (seperti disampaikan oleh pengacaranya), maka kita bisa sedikit memahami apa yang ada terjadi di dalamnya. Rumit memang, karena hingga kini penyakit tersebut sebenarnya masih belum jelas mekanismenya apalagi obatnya. Hipotesis-hipotesis yang saya sampaikan di awal sampai sekarang masih terus diteliti lebih jauh. Terlebih lagi, biasanya diagnosa penyakit Alzheimer terjadi pada level yang mendekati "akut" (berdasarkan 90% kasus). Oleh karena itu, pasien yang didiagnosis menderita Alzheimer disarankan mencari opini kedua (second opinion) dari tim medis lainnya (untuk memastikan supaya tidak langsung panik dan gegabah memutuskan suatu tindakan). Dalam konteks itu, tim dokter KPK sebenarnya bisa memberikan second opinion terhadap penyakit Nunun, mestinya Nunun datang dan memang memanfaatkan. Ingat, Alzheimer itu bukan penyakit sepele. Kalau ternyata opini tim medis lain juga mendiagnosis Alzheimer, tentu saja hukum bisa memberikan keadilan bagi Nunun. Sayangnya, informasi tentang ini masih simpang siru dan tidak jelas, ditambah terus 'kabur'nya Nunun dari pemeriksaan (hukum dan medis). Rumit sekali memahami apa yang ada di otak beliau. Baik memahami rumitnya motivasi "jalan-jalan"-nya beliau maupun mehamai rumitnya biokimia penyakit Alzheimer yang (konon) diderita beliau'.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline