Ke Yogyakarta tanpa mampir ke alun-alun Kraton Yogyakarta itu rasanya seperti belum ke Yogyakarta. Tahukah Anda kalau salah satu ciri khas alun-alun Kraton Yogyakarta itu adalah pohon beringin? Dan ternyata, beringin tidak hanya menjadi ciri khas alun-alun Kraton Yogyakarta, melainkan juga menjadi salah satu ciri khas Pura, tempat ibadah agama Hindu.
Mengapa beringin bisa menjadi ciri khas dari tempat-tempat sakral dan agung tersebut?
Beringin melambangkan pengayoman, keadilan, dan sifat abadi. Menurut Hipni (2016), umat Hindu meyakini bahwa beringin adalah tumbuhan surga, di mana hal ini dibuktikan dengan dipakainya daun beringin dalam upacara keagamaan sebagai lambang kesucian dan akarnya yang kuat melambangkan kekokohan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengikuti filosofi beringin agar menjadi pribadi yang tangguh dan hebat. Berikut ini 7 filosofi beringin. Penasaran? Kita simak, yuk!
1. Kuat dan Kokoh
Pohon beringin memiliki batang yang kuat dan akar yang kokoh, menjadikannya tangguh menghadapi berbagal ancaman. Angin dan badai yang menerjang tidak menjadi penghalang baginya untuk terus bertumbuh dan bertahan. Sama halnya dengan kita, untuk menjadi pribadi yang tangguh dan hebat, kita harus kuat dan kokoh. Senantiasa bekali diri dengan ilmu pengetahuan, tekad yang kuat, dan keinginan untuk maju dengan selalu belajar dan berkembang sehingga kita bisa keluar menjadi pemenang. Seleksi alam selalu terjadi dalam setiap langkah kehidupan kita, siapa yang kuat, dialah yang menjadi pemenangnya.
2. Mudah Beradaptasi
Pohon beringin merupakan salah satu pohon yang mampu bertahan lama. Ia bisa hidup puluhan bahkan ratusan tahun lamanya. Beringin memiliki kemampuan beradaptasi sangat baik. Ia termasuk jenis pohon yang dapat tumbuh dan beradaptasi di tempat-tempat yang sulit, seperti misalnya di pegunungan kapur/karst. Perakaran beringin mampu menembus bebatuan dan celah-celah batu kapur.
Jika beringin saja mampu beradaptasi dengan sangat baik, apalagi manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling mulia dan dianugerahi akal pikiran. Manusia harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sesama karena itu adalah kunci untuk bertahan hidup. Kita selalu dihadapkan pada kenyataan bahwa setiap saat kita dapat bertemu dengan orang atau lingkungan baru. Kita harus bisa beradaptasi dengan cepat, terutama saat memasuki suatu lingkungan baru, misalnya kantor atau sekolah baru.
Pepatah mengatakan "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung" yang mengandung arti bahwa kita harus mengikuti atau menghormati adat istiadat di tempat di mana kita berada. Saat memasuki kantor baru, kita harus memahami apa saja yang berlaku di lingkungan kantor tersebut. Hal ini akan membantu kita untuk dapat tetap bertahan.
3. Pengayom atau Pelindung
Pohon beringin memiliki daun yang sangat rimbun sehingga mampu menyejukkan dan menjadi pengayom/ pelindung yang di bawahnya. Daun beringin yang rindang bermakna bahwa yang atas hendaknya mengayomi yang di bawahnya. Sifat ini seharusnya dimiliki oleh seroang atasan di mana sebagai pemimpin ia menjadi pengayom bagi para bawahannya.
Pemimpin yang baik tidak boleh bersikap "one man show" atau pertunjukan dirinya sendiri. Pemimpin harus bisa menempatkan dirinya dengan baik dan dapat mendelegasikan kewenangan dan kepercayaan kepada anggota timnya sambil tetap memegang peranan sebagai pengayom bagi seluruh anggota timnya.
4. Penopang
Daun beringin bersifat mengayomi sedangkan batang sebagai penopangnya. Tanpa dukungan dari bawah (batang) apalah arti daun pohon beringin. Sama halnya dalam dunia kerja, seorang atasan haruslah mampu menjadi pengayom anggota timnya dan sebaliknya anggota tim menopangnya. Tanpa dukungan dari anggota tim, seorang atasan tidak akan pernah dikatakan berhasil karena keberhasilan seorang atasan juga merupakan keberhasilan tim.