Lihat ke Halaman Asli

Megaproyek Thailand-China Menenggelamkan Singapura

Diperbarui: 19 November 2022   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selat malaka adalah selat yang paling sibuk, ramai di dunia dan di sepanjang sejarah, meskipun laut yang dimiliki secara besama dengan Indonesia, Malaysia dan singapura. Selat malaka juga menghubungkan dua wilayah yang berkonsentrasi dengan kepadatan penduduk yang sangat luar biasa, yaitu asia selatan dan asia timur. Maka dari itu seharusnya wilayah yang berada di selat malaka adalah wilayah yang di tempati oleh orang-orang yang sangat suskes dan kaya, karena mereka berada dijalur strategis semua populasi global yang berkumpul di selat malaka ini. Orang-orang yang berdagang di wilayah ini mereka akan sukses atau tajir sekali karena konsumennya setengah dari popilasi global, maka ada negara yang berkuasa selama ribuan tahun, tetapi tidak ada jiwa untuk berdagang padahal letaknya sangat strategis didunia.

Berfikir tentang memberdayakan selat malaka, Thailand dan china sudah jauh-jauh hari mempunyai rencana yang begitu luas atau ganas karena tahilan dan china ingin memotong semenanjung Malaya sehinggal jalur perdagangan dari india dan china dan sebaliknya, atau juga dari asia timur, asia barat daya, asia selatan tidak harus memutarkan selat malaka yang jarak tempuhnya sekitar 1200 km maka mereka hanya cukup memotong jalan saja dan mereka akan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Ketika merencanakan untuk merealisasikan maka yang diuntungkan yaitu thainlad dan china, Ketika semuanya di rencanakan maka dari itu akan berdampak buruk pada perekonomian Indonesia dan singapura akan bangkrut.

Thailand sudah mengincar selat malaka dari tahuan 1600/1700an, pada tahun 1667 raja Thailand mengundang arsitek dari eropa dan prancis untuk datang dan melakukan survey bagaimana kalau selat malaka di hubungkan dengan laut china selatan. Arsitek yang dari eropa pun kebingungan dan menjawab bahwa tidak bisa untuk dipecahkan karena dekat bukit-bukit yang sangat keras untuk dipecahkan dan pada saat itu juga semua arsitek menyerah.

Hambatan lain yang terjadi saat pembangunan terusan kra di Thailand yaitu dengan datangnya politisi dan penjabat pemerintah Thailand kemudian juga ada realisasi di lapangan dibatalkan karena pemerintah sipil membalikkan ke militer Thailand. Pailin bilang bahwa besarnya biaya penbangunan terusan tidak sebanding oleh manfaat yang didapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline