Lihat ke Halaman Asli

Cahya Permana

Tak ada kesibukan

Segenggam Rindu

Diperbarui: 18 Maret 2024   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Pada hari rabu dua puluh delapan februari dua ribu dua puluh empat
Di temani dengan secangkir kopi pahit
Dan suara gemercik hujan yang membasahi bumi
Namun aku masih disini menanti kata rindu dari mu
Ku tuliskan segenggam puisi rindu
tapi kukira rindu hanya sebuah kata imitasi
tak ingin rasanya kata itu menderu dalam kalbu

sama halnya seperti kemarin, rindu ini terbentur ruang dan waktu
Untaian kisah pahit, manis merasi membaur di hati
Aku tak ingin kau keliru menafsirkan sebuah kata yang selalu menghias jiwa para insan

Di sana,  di serambi kata
Kutemukan berjuta untaian tentang rindu
Entah apa yang sudah tertanam dalam sanubari para insan
Tak akan ada yang bisa menjegal bila dia harus datang
tak akan ada yang bisa membendung bila dia harus pergi

Kau boleh berlari sejauh yang kau mau
Atau memadamkan matahari juga membenamkan bumi
Untuk menghindar dan sembunyi
dari kata rindu, yang menurutmu sudah tak merdu

Aku tetap di sini
Menerima sebuah harapan
Sesungguhnya aku tak ingin
Kerinduan ini menjadi sebuah kata hening
Namun bila harus sunyi yang nampak
Mungkin itulah rindu yang terbaik
menemani untuk menikmati kehampaan hati

Segenggam rindu yang tertumpuk, dalam mengarungi perjalanan rasa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline