Lihat ke Halaman Asli

Cahyani Santoso

Agroteknologi '18

[Kearifan Lokal] Antara Tradisi Gunungan dan Pertanian Berkelanjutan

Diperbarui: 13 Desember 2021   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi Gunungan selalu menjadi bagian yang ditunggu tunggu oleh rakyat Yogyakarta. Tradisi Gunungan ini sangat identic menggunakan adanya Upacara Grebeg. 

Tradisi ini berisi aneka macam makanan hasil bumi seperti sayuran dan  buah-buahan yang disusun menjulang tinggi berbentuk kerucut sebagai akibatnya menyerupai gunung. Gunungan ini sebagai sebuah symbol dari kemakmuran Keraton Yogyakarta yang lalu akan dibagikan pada masyarakat lebih kurang. 

Beberapa rakyat percaya bahwa seluruh bagian yang ada pada gunungan itu akan membawa berkah bagi kehidupan mereka yang sehingga tidak mengherankan lagi Jika masyarakat berebut buat mendapatkan bagian dari gunungan tersebut. Sebelum melakukan tradisi gunungan ini dilakukan upacara dahulu yaitu Upacara Grebeg.

Kata Garebeg adalah berasal dari kata gumrebeg yang memiliki arti sifat ramai, rebut, riuh. Keraton Yogyakarta pada setiap tahunnya menyelenggaran 3 kali upacra Garebeg yaitu ada: Garebeg Maulud, Garebeg Syawal, dan  Garebeg akbar. Upacara Garebeg yaitu suatu upacara kerajaan yg melibatkan semua seisi keranton, para apparat kerajaan berasal yang tertinggi hingga yang terendah, dan  warga . Upacara garebeg pada Keraton Yogyakarta sudah dilaksanakan sejak masa pemerintahan Hamengku Buwono I. 

Upacara tersebut bersifat keagamaan, sekaligus memberikan kemusliman seseorang Sultan di Yogyakarta, sesuai dengan gelarnya Ngabdurrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah. pada penyelenggaraannya, namun upacara garebeg sudah mengalami poly perubahan, yang dikarenakan perkembangan posisi keraton.

Upacara Garebeg Maulud dilaksanakan setiap buan Maulud atau pada lepas 12 Rabiulawat. Upacara Garebeg Maulud selalu identik dengan gunungan. Gunungan merupakan simbol kemakmuran mewakili eksistensi insan. 

Gunungan merupakan representasi berasal hasil bumi (sayur dan  buah) dan  jajanan (rengginan). ada beberapa macam gunungan, dan  setiap gunungan memiliki ciri tersendiri. ciri tadi mencakup bahan makanan serta bentuk yang berlainan antar masing-masing gunungan. 

Beberapa jenis gunungan meliputi: 1) Gunungan Jaler (laki-laki ), dua) Gunungan Estri (wanita), 3) Gunungan Darat, 4) Gunungan Gepak, 5) Gunungan Pawuhan, serta 6) Gunungan Picisan. Gunungan-gunungan tadi diusung sang para abdi dalem yg memakai sandang serta peci berwarna merah marun, dan  berkain batik biru tua, bermotif bulat putih dengan gambar bunga di tengah lingkarannya. seluruh abidi dalem tersebut berjalan tanpa memakai alas kaki alias nyeker.

Gunungan Jaler, gunungan ini dibagi menjadi 2, yaitu permukaan dan  bawah. di bagian atas terdiri dari mustaka yg dirancang dari baderan, kemudian di bawahnya artinya bendul. Baderan ialah makanan yang dirancang asal beras ketan yg dibuat menyerupai ikan bader. pada pembuatannya memakai alat bantu yg dirancang asal kayu randu sepanjang 50 cm. 

Adapun bendul ialah makanan yang dibuat dari tepung beras ketan. sesuai dengan namanya, kuliner ini berbentuk bendul atau bulat. pada bagian tengahnya diberi bambu sepanjang 4 cm dan  tangkai. 

Baderan dan  bendul diikat pada bagian paling atas, lalu di bagian bawahnya dipasang rangkaian telur panaskan secara melingkar. di bagian tubuh diberi tangkilan kacang hingga ke bawah, serta paling bawah diberi pelokan, yaitu berupa telur dadar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline