Lihat ke Halaman Asli

Cahyaningsih Efendi

Mahasiswa Magister Keperawatan. Fakultas Keperawatan. Universitas Airlangga

HIV/AIDS di Kalangan Masyarakat

Diperbarui: 29 Oktober 2023   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagai negara dengan iklim tropis, Indonesia berkembang dengan berbagai macam infeksi dari yang biasa hingga yang mematikan. Hal inilah yang menyebabkan penyakit infeksi mendominasi diderita oleh Masyarakat sehari-hari dan saat ini kasus tertinggi diantaranya adalah HIV/AIDS. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit serius bagi penderitanya. 

Karena HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, lebih tepatnya menyerang salah satu sel darah putih, yaitu sel T atau CD4. Dimana sel tersebut berperan penting untuk menjaga sistem imun tubuh. Apabila infeksi yang terjadi akibat virus ini tidak segera ditangani, infeksi HIV ini dapat berkembang hingga mencapai stadium akhir yaitu AIDS atau Acquired Immunodeficiency syndrome.

Dikutip dari Kemenkes RI, jumlah kasus HIV/AIDS dalam sepuluh tahun terakhir secara umum meningkat. Pada tahun 2020 terdapat 37,7 juta orang yang hidup dengan HIV. Kasus HIV/AIDS di Indionesia cenderung fluktuatif tetapi kasusnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Data kasus HIV sampai dengan Maret 2021 di Indonesia tercatat sebanyak 427.201 orang dan kasus AIDS sebanyak 131.417 orang. Sekalipun AIDS merupakan ancaman dahsyat pada abad ini, bukan tidak mungkin ancaman tersebur tidak dapat diatasi. 

Serangan virus HIV dapat dimatikan penyebarannya hanya dengan kebijaksanaan manusia dalam mengubah pola perilaku dan kebiasaan hidup sehari-hari. Konstruksi perilaku manusia sangat kompleks hingga memerlukan pendekatan multimensional dalam perubahannya.

Pada penderita HIV/AIDS tanda dan gejalanya bervariasi tergantung pada stadium infeksi. Pada beberapa minggu pertama setelah infeksi awal kemungkinan mengalami penyakit serupa influensa seperti demam, sakit kepala, ruam atau sakit tenggorakan. Infeksi menyerang sistem kekebalan tubuh, jika melemah gejala seperti adanya pembengkakan kelenjar getah bening. Bila tidak mendapatkan pengobatan maka infeksi bisa menyababkan penyakit lebih parah seperti tuberculosis, meningitis, kanker seperti limfoma dan sarcoma kaposi.

Epistimiologi kasus pertama kali ditemukan pada kelompok homoseksual yang merupakan sumber lompatan pertama pada kelompok heteroseksual. Karena interaksi heteroseksual terjadi dikalangan masyrakat atau pelanggan seks, maka virus ini kemudian menginfeksi kelompok Masyarakat umum dalam berbagai sastra yaitu PNS, Militer/Polisi, Praktisi, bahkan pada Ibu Rumah Tangga (IRT). Pada kelompok IRT inilah yang menjadi jembatan penularan bayi-bayi yang dilahirkan pada ibu positif HIV.

Kajian diatas dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS tidak hanya terjadi pada kalangan populasi beresiko, namun sudah menyerang seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat yang paling rentan adalah selain mereka yang sedang menerapkan perilaku beresiko juga mengancam populasi umum dalam hal ini masyarakat yang secara langsung tidak berperilaku beresiko.

Secara aksiologis, perilaku beresiko merupakan pintu masuk HIV dalam tubuh seseorang sekaligus sebagai media utama bertambahnya jumlah pengidap HIV dari waktu ke waktu. Dengan demikian, mengelola perilaku berarti telah menghambat meluasnya infeksi HIV dalam menularkan orang lain, yang selanjutnya dapat mencegah dan menahan laju epidemi HIV/AIDS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline