Sekilas Berita tentang Sebab-sebab Pesatnya Kemajuan Ekonomi RRC - Sebuah rangkuman dari Siaran Radio yang mengundang Duta Besar Indonesia di RRC
Mengingat bahwa hubungan antara Indonesia dan Negeri Panda sampai saat ini dalam kondisi yang baik, dimana selain telah menyelesaikan proyek kereta cepat Jakarta - Bandung, serta masih banyak mendirikan pabrik di sejumlah propinsi di Indonesia, ternyata juga karena mengingat bahwa nilai ekspor ke negeri Tirai Bambu juga merupakan yang terbesar.
Dengan melihat pada fakta itulah maka tadi sore Radio Elshinta di Jakarta melakukan perbincangan dengan Duta Besar Indonesia di Beijing, ibukota RRC dan disiarkan secara interaktif, serta ada tanya-jawab langsung dengan para pendengar. Sebagai sedikit tambahan informasi, Dubes RI ini dulu belajar di Fakultas Ekonomi UGM, lahir di Ambon, tetapi juga senang tidur di Wisma GMKI, Samirono Baru, Yogyakarta.
Hal-hal penting yang perlu dicatat dari Siaran Radio itu adalah sbb:
1). Ada 4 pilar kekuatan di RRC, yaitu banyak petani yang mau maju, karyawan pabrik yang setia, pesatnya program penelitian & pengembangan (R&D) dan kegigihan para pengusaha, yang semua itu memberikan kontribusi pembangunan di negeri yang dulu dikenal dengan banyak penduduk miskinnya.
2). Penduduk RRC yang mencapai jumlah 1,4 milyar, dengan GDP 18 trilyun dan income per capita sekitar US$13.000 justru telah menjadi pasar yang baik bagi aneka bentuk barang dari Indonesia.
3). Pemerintah Indonesia bersahabat dengan RRC karena dipandang dapat dengan tepat & cepat memberikan manfaat bagi ekonomi dan sosial budaya di Tanah Air. Semuanya itu, bagi Indonesia juga dapat menjadi dukungan dalam melakukan tahap2 pembangunan secara komprehensif, strategis dan bersifat partnership.
4). Negeri RRC dapat berkembang pesat, karena dimulai pada waktu Presiden Deng Xioping mengajak para pengusaha untuk berani membuka diri pada pemilik modal dari berbagai negara & hal tsb dilakukan sejak pada 40 thn yang lalu.
5). Jumlah mahasiswa Indonesia yang saat ini belajar di China mencapai lebih dari 16.000 orang, dengan kebanyakan mengambil studi ilmu murni dan bahkan cukup banyak yang menimba ilmu di Beijing, karena ada ITB (Institut Teknologi Beijing) di Shinhua University
6). Uniknya telah ada 24 universitas di China yang saat ini aktif mengajarkan Bahasa Indonesia
7). Anggaran paling besar di pemerintah China untuk R&D dan bahkan gaji tertinggi pegawai di Huawei, bukan masalah marketingnya namun justru di bagian penelitian & pengembangan atau R&D-nya.
Demikianlah sekelumit catatan atas perbincangan yang saya ingat, walaupun sebetulnya masih banyak lagi hal2 yang disampaikan oleh pak Dubes itu, terutama mengingat adanya ketegangan hubungan dengan Amerika Serikat & negara2 Barat lainnya. Di atas semua itu, segenap warga masyarakat di Indonesia juga tetap perlu bersikap waspada, karena untuk dapat turut memajukan bangsa dan negara memang tidak semudah membalikkan tangan, bahkan seringkali juga mendapatkan tantangan yang tidak kecil. Namun demikian, ketika garis-garis besar rencana pembangunan ekonomi nasional sudah ditetapkan, yaitu demi mewujudkan Program Indonesia Emas 2045, maka semua bentuk halangan dan tantangan harus dapat diatasi secara bersama-sama, bukan dengan cara saling memyalahkan, tetapi justru dengan tetap saling mengingatkan