Lihat ke Halaman Asli

Cucu Cahyana

Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Dua Akhwat Pemberi Ta’jil

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu, sinar mentari hanya sebagai siluet awan di ufuk barat. Maklum, bulan-bulan musim penghujan sudah tiba, meski sedikit telat. Awal november 2011, pekan hujan pertama di Yogyakarta.

Sore itu, hari ke-5 di Bulan November. Seharusnya tak ada yang istimewa, 5-11-2011 bukanlah nomor yang cukup cantik, tidak istimewa. 5 November juga tidak diperingati sebagai hari nasional. Tak ada yang istimewa. Namun, tidak bagi muslimin dan muslimat di Indonesia khususnya. Hari ini menjadi sangat istimewa. Karena itulah mereka pun menjalankan laku istimewa, Puasa ‘Arafah. Puasa yang dilaksanakan setiap tanggal 9 Dzu Al-Hijjah dalam penanggalan Tahun Hijriyah. Kebetulan pada Tahun 1432 ini bertepatan dengan 5 November 2011.

Sore itu, suasana Masjid Syuhada Yogyakarta tak cukup ramai, seperti biasanya. Hanya remaja-remaja kerohanian Islam (rohis) dari beberapa sekolah menengah terlihat mulai berhamburan, selesai mengikuti kajian yang mereka namai Sat-Son (Saturday Sonten). Kajian mingguan yang biasa dilaksanakan setiap sabtu sore, saturday (Eng.= sabtu) dan sonten (jawa/sunda= sore).

Memang keren remaja-remaja ini, di saat teman-teman sebayanya asyik mengklimiskan rambutnya, atau menarik-nariknya ke atas sambil diusapi gel (landak style, hehe...), siap-siap hangout malam mingguan, mereka malah asyik mojok di serambi masjid. Merekalah mungkin yang disebut Ahlu Al-Shuffah zaman ini, kecil-kecil jadi sufi. Selamat!

Pukul 17.20 WIB, sementara sufi-sufi muda itu mulai beranjak karena kajian sudah usai, aku masih nongkrong dekat gerbang masjid ditemani Sang Muadzin. “Masih duapuluh menit lagi” katanya. Memberitahuku kalau waktu maghrib akan tiba duapuluh menit lagi. Sudahlah, ngabuburit di pelataran masjid saja.

Limabelas menit berikutnya, tiba-tiba saja dua orang akhwat menghampiri.

“Ini pak, sekedar untuk ta’jil” katanya. Hanya si bapak saja kah yang dikasih ta’jil? Bukan malu-malu tapi malu, hanya iseng dan memang mau, saya tanya aja ke meraka.

“Kok cuma bapaknya yang dikasih, aku juga dong mbak...” selorohku. Tak tahu malu banget memang. Hehe...kapan lagi bisa godain akhwat. Kalau beruntung malah bisa dapat jatah ta’jil pula, pikirku.

“Oh, iya...mas nya juga. Ini ada beberapa kok”. Katanya memperlihatkan tas kresek yang berisi minuman dan jajanan untuk ta’jil itu.

Ahhh...memang betul, tak ada yang lebih membahagiakan bagi orang yang berpuasa selain saat waktu berbuka tiba. Apalagi gratisan.. apalagi ...*** _______________ Selamat Berbuka Puasa 'Arafah... Selamat Hari Rayagung 1432 H... NB: buat yang ahli gramatika Arab jangan protes ya kalau yang dipake kata "akhwat" (plural) bukan "ukhtaani" (dual), semata-mata demi kepentingan judul :D




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline