Lihat ke Halaman Asli

Cucu Cahyana

Guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing

Amin Rais Khutbah Keistimewaan Yogyakarta

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1291362109744878992

[caption id="attachment_75940" align="alignleft" width="300" caption="Muhammad Amin Rais saat menyampaikan Khutbah Jumat di Masjid Syuhada Yogyakarta. ilustrasi: hminews.com"][/caption] Saat menyampaikan khutbahnya di Masjid Syuhada Yogyakarta (3/12), mantan Ketua MPR RI periode 1999-2004 Muhammad Amin Rais menghimbau umat Islam agar tidak terjebak dalam tindakan yang tidak perlu dan berlebih-lebihan menyikapi silang sengkarut status keistimewaan Yogyakarta. Amin mengawali khutbah dengan mengajak umat Islam Yogyakarta bersyukur atas menurunnya aktivitas (bahaya) Gunung Merapi, meski musibah yang ditimbulkannya masih terus berlanjut. “Kita harus selalu dapat mengambil ibrah, pelajaran moral, pelajaran kearifan hidup dan kehidupan bahwa hakikatnya dulu gempa tektonik yang melanda Bantul, Jogja dan Klaten maupun gempa vulkanik Gunung Merapi bisa kita tafsirkan sebagai ekspresi cinta Allah agar kita tetap berada di jalan yang lurus”, tambahnya. Dalam khutbahnya ini pula Amin menyelipkan tanggapannya mengenai “sengketa” status keistimewaan Yogyakarta antara Pemerintah Pusat dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Amin mengingatkan jangan sampai warga muslim Yogyakarta menyikapi hal-hal keduniaan (seperti kasus sengketa ini) seolah-olah sesuatu yang mutlak dan (seperti) masalah hidup dan mati. “Tidak perlu sampai melakukan cap jempol berdarah segala…” kata beliau. Amin mengajak seluruh umat Islam untuk membaca Firman Allah bahwasanya hakikat kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau dan pernak-pernik hiasan semata. Ada kehidupan yang lebih hakiki yang harus diutamakan. Selanjutnya Amin juga menyampaikan rasa herannya mengenai pemberitaan media-media Ibu Kota (nasional dan lokal) edisi Jumat (3/11) mengenai kasus ini. “Kemarin saya cermati, jam dua siang di televisi, presiden sepertinya akan menyesuaikan (kehendaknya sebagai Kepala Negara, pen.) dengan kehendak mayoritas penduduk Yogya yaitu penetapan. Tapi hari ini semua Koran ibu kota mengatakan tidak ada penetapan semua lewat pemilihan”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline