Kisah nyata seorang jamaah Umrah dibekasi tertipu agen travel. Sejak tahun 2021 Akhir, keinginan untuk menunaikan ibadah umrah telah membara di hati seorang jemaah yang usia 50 tahun, yang kini merasakan pahitnya penipuan. Demi mewujudkan impian suci tersebut, ia rela menjual sebagian lahan miliknya. Usianya yang sudah senja membuatnya semakin bersemangat untuk menjejakkan kaki di tanah suci, terlebih jika takdir berkata ia tak mampu menunaikan ibadah haji.
Setelah dana terkumpul, pencarian agen travel yang terpercaya menjadi tantangan tersendiri. Berbagai pertanyaan dilontarkan kepada kerabat dan keluarga, namun tak ada yang memiliki rekomendasi agen travel yang tepat. Ketakutan akan penipuan menghantui, mengingat banyaknya agen travel abal-abal yang beredar di media sosial.
Sebuah titik terang muncul ketika ia mendengar kabar bahwa tetangganya sendiri merupakan agen travel untuk ibadah haji dan umrah. Kegembiraan menyelimuti hati, mengingat tetangganya tersebut juga seorang ustad di kampung dan juga dikenal banyak orang. Kepercayaan pun terbangun, terlebih melihat beberapa tetangga lainnya juga mendaftar melalui agen travel miliknya.
Tanpa ragu, ia dan anaknya langsung mendatangi rumah tetangganya untuk menanyakan prosedur pendaftaran. Sambutan hangat dan penjelasan yang detail semakin menguatkan keyakinan. Usianya yang sudah senja membuat ia tak begitu memahami proses pendaftaran, sehingga ia menyerahkan sepenuhnya kepada tetangganya dan anaknya.
Proses pendaftaran berjalan lancar pada bulan Maret 2022, mulai dari pembayaran uang muka, pengumpulan dokumen, hingga mengikuti pembekalan umrah di sebuah hotel bersama jamaah lainnya. Semuanya terasa normal dan sesuai dengan informasi yang didapat dari tetangga lain yang pernah menunaikan umrah.
Namun, beberapa minggu setelah pembekalan, kejanggalan mulai muncul. Ia tak kunjung menerima koper dan perlengkapan umrah yang seharusnya sudah tersedia. Pertanyaan kepada tetangganya hanya dijawab dengan alasan kendala dari pusat. Rasa khawatir mulai menggerogoti hati, terlebih mengingat 80% uang umrah telah dibayarkan, dengan pelunasan dijadwalkan seminggu sebelum keberangkatan.
Kekhawatiran itu terbukti. Beberapa minggu kemudian, kabar mengejutkan datang: tetangganya yang merupakan agen travel tersebut kabur. Rasa sedih, kecewa, dan marah bercampur aduk. Ia tak dapat menahan air mata, kehilangan nafsu makan, bahkan sampai pingsan.
Upaya untuk meminta pertanggungjawaban dari keluarga agen travel tersebut pun tak membuahkan hasil. Ia dan anaknya terus mendatangi rumah agen travel, berharap setidaknya 50% dari uangnya dapat kembali. Namun, semua usaha sia-sia.
Yang tertipu agen travel sebanyak 5 orang, dan uang yang tertipu senilai 145.000.000. Uang korban digunakan oleh pelaku untuk kebutuhan pribadi seperti jalan-jalan, beli rumah dan juga beli tanah diketahui oleh tetangga pelaku. Pekerjaan seorang pelaku adalah guru ngaji setiap acara pengajian pelaku ini selalu mengisi acaranya sebagai penceramah, dan juga mempunyai usaha agen telur.
Laporan ke polisi atas kasus penipuan juga belum membuahkan hasil yang pasti. Setelah sebulan penuh dihantui kekecewaan, ia mulai pasrah dengan keadaan. Namun, takdir berkata lain. Ia mendapat kabar bahwa agen travel tersebut ditangkap polisi di Kuningan pada bulan Juni, bersama tiga temannya. Secercah harapan muncul, mungkin uangnya bisa kembali.
Namun, harapan itu sirna begitu cepat. Anaknya mendapatkan informasi bahwa uang tersebut telah digunakan dan tidak bisa dikembalikan. Kekecewaan kembali menghantam, hingga ia pingsan untuk kedua kalinya.