Belakangan ini, kata "fatherless" sering dibahas di media sosial bahkan para selebgram pun turut membahasnya. Mungkin kalian pun tak asing dengan kata ini, fatherless diartikan sebagai tidak terlibatnya sosok ayah dalam kehidupan anak. Menurut psikolog asal Amerika, Edward Elmer Smith, mengatakan bahwa fatherless country adalah kondisi suatu negara yang kebanyakan masyarakatnya cenderung tidak merasakan dan keterlibatan figur ayah dalam kehidupan anak.
Indonesia dinobatkan sebagai negara dengan tingkat fatherless cukup tinggi di dunia yaitu menempati urutan ketiga. Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan hal itu, namun isu tentang fatherless ini mempertanyakan kembali mengenai peran ayah dalam keluarga khususnya dalam merawat dan membimbing anak.
Dalam merawat anak diperlukan kontribusi kedua orang tua. Tidak hanya Ibu, namun figur ayah juga harus hadir dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun psikologis anak. Peran ayah dalam keluarga tidak hanya mencari nafkah untuk keluarga, tetapi juga turut andil mengasuh anak. Mengutip artikel DP3A Kota Semarang, menyatakan bahwa "bermain dengan anak, dukungan emosional, monitoring, dan hal yang berkaitan dengan disiplin dan aturan cenderung dibagi bersama ayah dan ibu."
Hal itu sangat penting diperhatikan, sebab figur ayah memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan dan karakter anak di masa depan.
Interaksi antara ayah dan anak dapat menyebabkan anak cenderung lebih komunikatif dalam berinteraksi dan dapat menggunakan kosakata maupun kalimat yang lebih bervariasi, sebab pola pembicaraan ayah dengan anak lebih mengarah pada pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, kenapa, dan bagaimana. Hal itu memberikan dampak positif pada anak yaitu ketika anak berinteraksi dapat berkomunikasi dengan lebih bertanggung jawab.
Ayah yang sering berinteraksi dengan anak dapat berdampak positif pada perkembangan anak seperti anak pada usia 6 bulan akan memiliki kemampuan kognitif yang meningkat. Kemampuan kognitif itu dapat terus berkembang hingga pada usia 1 tahun, anak memiliki kemampuan problem solving yang baik. Terakhir, anak pada usia 3 tahun dapat memiliki nilai IQ yang lebih tinggi daripada anak seusianya.
Keterlibatan ayah dalam memberikan dukungan emosi kepada anak dapat meningkatkan kepercayaan diri pada anak. Selain itu, anak juga dapat mengontrol emosi, dapat mengatasi stres dengan baik, dan dapat meminimalisir rasa takut dan ragu dalam diri anak.
Anak yang merasakan tidak adanya kehadiran figur ayah dalam hidupnya akan berdampak padanya hingga dewasa. Dampak yang dapat dirasakan anak seperti :
- Rendahnya penghargaan atas dirinya sendiri
- Merasa takut dalam mencoba hal baru, cemas, bahkan tidak bahagia
- Kurangnya kemampuan dalam bersosialisasi
- Dapat berisiko memiliki masalah perilaku di lingkungannya
Lalu, faktor apa saja yang dapat menyebabkan anak mengalami fatherless?
Hilangnya peran ayah dalam mengasuh anak dapat dilatar belakangi oleh beberapa hal, seperti masih melekatnya budaya pada masyarakat yang mengindikasikan peran ibu yang mengurus urusan rumah tangga dan mengasuh anak, sedangkan ayah berperan dalam mencari nafkah untuk keluarga. Ayah yang sibuk mencari nafkah memungkinkan anak jarang bertemu bahkan berinteraksi dengan ayah.