Lihat ke Halaman Asli

Faried Rijalulhaq™

Just an ordinary person, but I'm Limited Edition...

Merokok Lantaran Terinspirasi Publik Figur

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141473794081763034

[caption id="attachment_332341" align="alignnone" width="605" caption="Sumber ilustrasi: google.com"][/caption]

"Nikmatnya hisapan tembakau ini, sepertinya yang menggulung rokok ini melakukannya dengan rasa cinta", gumam Jono sambil sesekali mengepulkan asap rokok yang membentuk simbol hati.

Ketika kelas  jam kosong, dari balik jendela Pak Guru melihat Amir yang sedang mojok di sudut kelas sambil menghisap sebatang rokok. "Jon, cepat kau matikan itu rokok, tak bisakah kau menunggu 12 tahun lagi buat hisap tu rokok?"gertak Pak guru.

"Aduh,pak..hari gini koq masih ada larangan merokok, melanggar HAM tahu,"kata Jono.

"Hmm,rupanya ada yang mau jadi pahlawan kesiangan di kelas ini. Kata siapa merokok itu boleh ?"tanya Pak Guru sambil menjewer telinga Jono.

"Pak Guru, menteri saja merokok di istana, masak merokok di kelas ga boleh, emang ada larangannya ?"sahut Jono sambil meringis kesakitan.

"Berani sekali kau ngomong,Jon. Memang di dalam kelas ini ga ada tulisan dilarang merokok. Tapi di depan sekolah ada itu tulisan dilarang merokok. Apa perlu kuberi tulisan dilarang merokok di jidat kamu biar paham?"balas Pak Guru dengan nada tinggi.

"Gak perlu pak, saya bisa mengingatnya di luar kepala",jawab Jono.

"Harusnya kau juga ingat smua PR kamu, bukannya merk rokok saja yang kau hapal. Mana PR matematikamu yang kemarin ?tanya Pak Guru lagi.

"Sudah,pak. Tapi bukunya masih dipinjam si Amir kemarin."jawab Jono.

"Alasan saja kau ini. Mir,mana PR kamu, apa belum kau kerjakan juga ?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline