Lihat ke Halaman Asli

Pilgub Banten : Etika Jurnalisme Masih Kalian Milikikah? Atau Semua Terkubur Karena Urusan Perut?

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Gak perlu diperdebatkan panjang lebar, cukup dibaca, ditelan jadikan pengingat tugas mulia para jurnalis. Ane cuplik tulisan di AJI - Jakarta berikut ini dalam pengantar tulisan tentang Jurnalisme Investigasi : Apakah etika yang harus dimiliki seorang wartawan investigasi? Pada dasarnya, etikanya sama wartawan secara umum seperti yang sudah tertera dalam kode etik jurnalistik asosiasi. Secara lebih konkret, kita juga bisa mengadopsi etika ini dari "Sembilan Elemen Jurnalisme" milik Bill Kovach dan Tom Rosenstiel :

  1. Kewajiban Utama Jurnalisme adalah pada Pencarian Kebenaran
  2. Loyalitas Utama Jurnalisme adalah pada Warga Negara
  3. Esensi Jurnalisme adalah Disiplin Verifikasi
  4. Jurnalis harus menjaga independensi dari obyek liputannya
  5. Jurnalis harus membuat dirinya sebagai Pemantau Independen dari Kekuasaan
  6. Jurnalis harus memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi
  7. Jurnalis harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan
  8. Jurnalis harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
  9. Jurnalis harus diperbolehkan menguji kesadaran personalnya, hati nuraninya.

Dari 9 point tersebut manakah yang masih dimiliki para Jurnalis Lokal maupun Nasional? Silahkan bercermin, berkaca, dan tertawalah puas-puas. Tangsel, 25 Oktober 2011 ane cahPamulang Sumber : AJI Jakarta - Etika dan Teknik Jurnalisme Investigasi http://www.ajijakarta.org/news/2011/08/04/83/etika_dan_teknik_penulisan_investigasi.html Tambahan dari Aru Wijayanto : http://www.facebook.com/aru.wijayanto

BAGIAN tersulit dari profesi jurnalis bukanlah teknik reportase dan menulis, melainkan bagaimana bertahan dari berbagai bentuk intimidasi, terutama intimidasi oleh uang. Di situlah saat gentingnya, ketika kita memandang posisi jurnalis—meminjam istilah Goenawan Mohamad—sebagai sebuah posisi "ethis". Posisi ethis jurnalis diawali ketika ia tergerak untuk menulis sesuatu, baik sebuah investigasi tentang ketidakadilan maupun sebuah cerita ringan yang menghibur, segera ia dituntut dirinya sendiri untuk terbuka, bahkan kepada hal-hal yang paling tak disukainya. Artinya, ia dituntut diri sendiri untuk tak culas, diminta tak putus-putusnya untuk meraih apa yang baik dan yang benar--betapa pun mustahilnya. Di sini, jurnalisme yang tampil tidak bermula karena ia merasa lebih unggul dari siapa pun, melainkan justru diawali dari rasa prihatin kepada orang lain, hingga tergerak untuk bertindak. Sebab kita sadar, sebagai sarana komunikasi yang paling efisien di dalam masyarakat modern, jurnalisme merupakan jalur sosialisasi, yang juga penyebar informasi, tatanan nilai, dan pola perilaku yang diharapkan masyarakat.

Thanks Pos ke :

FB Notes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline