Komitmen Pertamina untuk mengolah energi yang ramah lingkungan perlahan mulai terwujud. Bahkan, penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) itu secara langsung menguntungkan negara.
Betapa tidak, ketika Pertamina mulai beralih kepada Biodiesel, impor BBM bisa turun secara signifikan. Bahkan sejak 2019 lalu, perusahaan minyak nasional itu sudah berhenti mengimpor Solar.
Hal ini sebagaimana dibenarkan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana.
"Tidak terjadi impor minyak solar yang dilakukan Pertamina. Malah Pertamina produksi sendiri untuk keperluan dalam negeri," ujarnya, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Rabu (10/02).
Kalaupun dalam neraca dagang masih tercatat impor solar di Indonesia, hal tersebut dilakukan oleh perusahaan migas luar negeri yang ingin menjualnya di sini. Bukan dilakukan oleh Pertamina.
Sebagaimana diketahui, saat ini Indonesia merupakan negara produsen sekaligus konsumen biodisel terbesar di dunia. Pada 2020 lalu, realisasi pemanfaatan biodiesel 30% atau B30 kita mencapai 8,46 juta kilo liter (KL).
Angka tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang tercatat 6,39 juta KL. Sementara untuk tahun 2021 ini, Pertamina menargetkan pemanfaatan B30 mencapai 9,2 juta KL.
Dengan penggunaan biodisel yang masif itu, serta keberhasilan menyetop impor solar, Pertamina telah membantu negara menghemat devisa sebanyak US$ 2,66 miliar atau sekitar Rp 38,31 triliun pada 2020.
Hal ini merupakan capaian yang luar biasa bagi perekonomian nasional. Sekaligus selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mulai mengurangi impor dan mempersempit defisit anggaran berjalan (current account deficit).
Ditambah lagi, Pertamina terus berupaya untuk meningkatkan produksi biodiesel ke depannya. Hal itu terlihat dari progres pembangunan Kilang Cilacap untuk pengembangan biodiesel yang akan rampung pada akhir tahun 2021 nanti.