Bagi sebagian pihak, menemukan pasar atau industri yang pas untuk menampung dirinya sebagai pekerja masih susah untuk dilakukan. Terlebih jika tenaga kerja berada di wilayah yang jauh dari akses pekerjaan, tentu akan menjadi hal yang berbeda perkara lagi. Keruwetan ini ada baiknya diusut ke akar, yakni jenjang pendidikan wajib terakhir, SMA atau SMK.
Terutama untuk SMK, sebab pendidikan serta pelajaran yang didapat lebih mengarah ke dunia kerja. Sayangnya, setelah gaung 'SMK bisa!' beberapa tahun lalu, kini seakan semua senyap. Padahal di beberapa daerah, lulusan SMK cukup banyak dan harus segera disalurkan. Agar tidak menjadi perkara lebih lagi, maka Bupati Tasikmalaya, H. Ade Sugianto pun mengevaluasi apa yang menjadi kendala.
Salah satu yang menyebabkan lulusan SMK dan pendidikan SMK menjadi sedikit tertinggal beberapa tahun belakangan ini adalah karena kurang adanya kebaruan kurikulum. Lapangan kerja dan tren kerja selalu berubah setiap tahun, sehingga memperbarui kurikulum sesuai dengan kondisi zaman adalah sebuah keharusan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Bupati Ade pun telah melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya untuk mengembangkan kurikulum vokasional yang sifatnya merespon zaman. Hal utama yang menjadi sorotan dalam kurikulum ini adalah pengembangan keterampilan teknis yang berpijak pada pengembangan teknologi. Niscaya jika kurikulum ini bisa segera dirancang dan diterapkan, proses link and match antara tenaga kerja dan lapangan kerja, terutama di Kabupaten Tasikmalaya akan bisa lebih mudah dilaksanakan.