Cocok dengan sebutannya sebagai Kota Santri, begitulah kondisi nyata di Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Sekitar kurang lebih 2000 pondok pesantren hadir untuk menyelenggarakan pendidikan dengan dilandasi oleh kemampuan serta wawasan beragama yang mumpuni. Tidak diragukan lagi memang, spirit beragama yang ada di Bumi Priangan tertera jelas dalam segala aspek kehidupan, bahkan dari pendidikan semenjak tingkat dasar hingga menengah.
Menyikapi sejumlah banyak pesantren yang tumbuh subur di seantero Kabupaten Tasikmalaya, Bupati Ade Sugianto pun bermaksud untuk memberi akses dan menyinkronkan layanan yang dapat menjangkau seluruh santri di Tasikmalaya. Ide tersebut merupakan upaya beliau untuk menghormati institusi pendidikan pesantren serta memberi fasilitas yang memadai untuk komunitas pesantren, sebab bagaimanapun pesantren telah menjadi satu entitas tersendiri yang membangun citra, pun identitas Kabupaten Tasikmalaya.
Upaya tersebut beliau canangkan dengan rencana pembuatan Kartu Santri. Kartu Santri adalah semacam kartu mulltiguna dan multimanfaat yang diperuntukkah khusus bagi para santri. Berbagai macam layanan yang bisa diakses dengan kartu ini antara lain akses literasi, sebagai kartu ATM, uang elektrik dan berbagai layanan lainnya.
Ke depan, Ade berharap agar program ini bisa segera terwujud dan berjalan lancar. "Tahap pertama, tentu karena kita sadar ada banyak sekali santri dan pesantren, pendataan merupakan pijakan pasti, setelah itu nanti kita lihat, apa yang paling efektif untuk dilakukan sehingga layanan ini bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat." ungkap Ade.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H