Lihat ke Halaman Asli

Mural sebagai Bentuk Kritik Sosial

Diperbarui: 14 Oktober 2021   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih di masa pandemi ini, Indonesia belum lama ini dikagetkan dengan muncul beragam seni mural yang dianggap kurang pantas. Mural-mural ini hadir di berbagai tempat sebagai bentuk kritik sosial dengan media seni. 

Tidak berselang lama aparat mulai bertindak dengan menghapus mural-mural tersebut. Yang menjadi pertanyaan apakah yang dilakukan aparat ini merupakan hal yang benar atau bahkan akan menimbulkan hal yang serupa dikemudian hari.

Mural sudah dikenal sejak lama sebagai bentuk mengekspresikan seni. Dengan berkembangnya zaman mural mulai berubah bukan hanya sebagai bentuk mengekspresikan seni, tetapi juga menjadi media untuk melakukan kritik sosial. 

Misalnya muncul mural yang mirip dengan Presiden Joko Widodo dengan tulisan "404: Not Found" sempat menggemparkan media sosial, tidak lama kemudian aparat melakukan penghapusan terhadap mural tersebut karena dianggap melecehkan lambang negara. 

Selain itu, juga terdapat mural yang bertuliskan "Tuhan Aku Lapar", "Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit", dan masih banyak lagi.

Pada dasarnya mural-mural tersebut menunjukkan pandangan senimannya terhadap keadaan dan keresahan masyarakat Indonesia, khususnya di era pandemi ini. 

Mural-mural ini juga menjadi wadah masyarakat untuk menyampaikan kritiknya, yang seharusnya dijadikan sebagai salah satu pertimbangan ketika hendak mengeluarkan kebijakan-kebijakan. 

Agar nantinya kebijakan yang telah dikeluarkan tidak malah membebani dan merugikan rakyat. Mural seperti ini juga berhasil menarik simpati masyarakat. Hal ini menandakan keberhasilan seniman dalam menyampaikan pandangannya.

Akan tetapi, pada kenyataannya mural-mural semacam ini jarang dijadikan sebagai sebuah pertimbangan. Pemerintah lebih memilih untuk melakukan penghapusan terhadap mural-mural semacam ini. 

Penghapusan ini sendiri juga tidak menyelesaikan masalah karena mural tersebut telah lebih dulu tersebar di dunia maya. Penghapusan ini juga menunjukkan adanya pembatasan dalam menyampaikan kritik dan juga menggambarkan keadaan demokrasi di Indonesia sedang tidak baik.

Kritik yang disampaikan dalam mural ini menunjukkan bukti kepedulian masyarakat, khususnya seniman terhadap keadaan yang terjadi di Indonesia pada saat ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline