Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Sumber Inspirasi dan Berintegritas untuk Membimbing

Diperbarui: 10 Oktober 2018   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mereka masuk dalam setiap kelas untuk mendidik. Di hari senin mereka berseragam mengenakan atasan putih dan bawahan hitam. Raut wajah mereka menandakan bahwa mereka adalah golongan yang kaya Ilmu, golongan yang hendak mengubah  kehidupan lebih baik untuk generasi mendatang. 

Beberapa di antaranya memiliki tipikal yang menegangkan, disiplin saat mengajar, beberapa lagi memiliki tipikal humoris, santai hinggga ada yang keblalas santai. Mereka adalah dosen yang pernah saya temui selama tiga  tahun menempuh perkuliaahan.

Setiap mahasiswa memiliki selara yang berbeda untuk menentukan dosen ideal versi mereka. Bagi saya, dosen ideal merupakan para dosen yang mampu memposisikan diri menjadi sumber Inpirasi bagi mahasiswanya untuk memicu lompatan- lompatan lebih jauh dan lebih maju. Inspirasi itu tidak hanya berkutat pada penyampaiaan  kisah perjuangan mereka hingga hari ini.

Lebih dari itu, deretan inspirasi disetiap pekan pertemuan dituangkan dalam semangatnya yang tinggi dalam menyampaikan kuliah, walaupun terhimpit dengan jadwal yang padat, mereka menyempatkan untuk mengontrol aktifitas kelas, mengawasi dengan sebenar- benarnya.

Mampu memjawab pertanyaan secara spontasn dan imajinatif, kadang mereka juga memberikan cibiran kepada mahasiswanya, bagi saya cibiran itu sebagai bahan muhasabah untuk lebih baik. Missalnya, "Gag pernah baca buku kok masih hidup?"

Selanjutnya tipikal ideal ke dua versi saya yakni; berintegritas dalam membimbing. Mereka yang mengayomi dan memberikan perhatian lebih untuk meningkatkan kuliatas kuliah, baik secara teoritis maupun praktis. Ini adalah dosen yang langka ditemui. Tidak jarang dosen tipikal kedua ini sering memperdengarkan kalimat kritikan yang kadang terasa pedas.

Ironisnya, tidak semua dosen memainkan perannya berdasarkan dua nilai ideal versi saya. Beberapa di antaranya, masuk ke dalam kelas hanya untuk formalitas profesi.

Simpulan itu berdasarkan dua tolok ukur versi saya: (1) Apa yang disammpaikan tidak sinkron dengan judul mata kuliah yang berlangsung, (kadang curhat kehidupan pribadi, yang terlewat jauh dengan pembahasan kuliah) tidak bersemangat dalam menyampaikan perkuliahaan, (mengubah jadwal secara tiba- tiba, memutuskan untuk libur kuliah secara tiba- tiba, dengan alasan yang kurang jelas) inilah yang menjadi alasan kegirangan mahasiswa ketika mendapat kabar kuliah diliburkan selain alasan ketidak siapan penyajian tugas. (2) banyak menuntut dari pada menuntun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline