Lihat ke Halaman Asli

Hidayah Perlu Dicari

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang hidayah kadang kita terjebak dengan opini sebagian orang bahwa hidayah itu perlu dinanti. Namun sebenarnya hidayah tersebut sangat perlu dicari, hal ini dikarenakan kita tak pernah tahu kapan datangnya hidayah. Sama seperti kematian yang manusia tidak pernah tahu kapan datangnya. Bisa jadi ketika kita sibuk dunia ternyata hidayah tersebut datang dan kita mengabaikannya karena saking lamanya hidayah tersebut yang menurut kita tidak datang-datang. Jika kita merasa hidayah tidak datang-datang, kita akan merasa putus asa atau bahkan kita lebih terlena dengan keburukan-keburukan yang kita lakukan. Atau malah bisa jadi kita menyalahkan Allah Swt.

Menurut drh. Murniati dalam kajian rutin, Rabu (11/01), yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Muslim Adisutjipto (IMMA) Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta, hidayah itu perlu dicari. Ada 3 macam hidayah yaitu hidayah dari diri sendiri yang berasal dari akal pikiran kita, hidayah karena petunjuk Al Qur’an dan hidayah taufik yang merupakan gabungan antara hidayah dari akal pikir kita dan dari petunjuk Al Qur’an. Jika kita telah menyadari adanya kebenaran, dan kita pun telah membaca petunjuk tentang kebenaran tersebut di dalam Al Qur’an maka kita wajib untuk menjemput hidayah tersebut. Sering kali ada perempuan beragama Islam yang dia telah tahu bahwa dalam Al Qur’an telah dijelaskan muslimah diwajibkan untuk mengenakan jilbab yang menutupi dadanya sebagai identitas bahwa dia muslimah dan menjaga pandangannya dari yang bukan diperuntukkan baginya, namun dia masih saja tidak mengenakan jilbab dan bergaul bebas dengan kaum laki-laki maka hidayah yang sebenarnya telah ada itu tidak dapat diraihnya. Atau bisa disebutkan contoh kasus yang lain misalnya ketika ada perempuan muslim yang secara nyata dia pacaran dengan laki-laki yang juga muslim. Padahal di dalam Al Qur’an telah dijelaskan bahwa dalam Islam tidak diperkenankan adanya pacaran, yang ada hanya ta’aruf kemudian pernikahan. Dia pun sebenarnya telah dipertunjukkan oleh teman-temannya yang aktif dalam kegiatan Islam bahwa pacaran itu tidak diperbolehkan, namun sekali lagi dia tidak menjemput hidayah yang sebenarnya telah datang padanya.

Pada kesempatan tersebut, Anisyaul Umami, seorang mahasiswa dari Jurusan Teknik Informatika mengajukan pertanyaan bagaimana upaya yang harus dilakukan agar hidayah dapat dicari. Upaya dalam menjemput hidayah, menurut drh. Murniati,  bisa dilakukan dengan cara antara lain dengan mengamini bahwa Allah itu ada, menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya dan bertobat atas segala kesalahan yang telah kita lakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline