Pesawat twin otter bertulisan Trigana air yang membawa tim kami 9 orang dan 3 orang penduduk asli landas dengan mulus di bandara Oksibil. Pukul 16.30 WIT saya dan tim menginjakkan kaki pertama kali di negeri mutiara hitam ini. Udara dingin yang menyisip hingga ke tulang disertai suguhan alam yang indah dengan kabut dan pinus, sekejap membuat rasa lelah hilang.
Lelah akibat jadwal penerbangan yang delay,seharusnya terbang pukul 08.00 WIT diundur hingga pukul 15.00 WIT. Begitu tentatifnya jadwal penerbangan di bandara sentani disebabkan cuaca alam papua yang ekstrim, belum lagi pesawat yang akan berangkat adalah jenis pesawat twin otter dengan baling-baling di sayap kiri dan kanan dengan muatan penumpang 12 orang ditambah dengan 1 orang pramugari, pilot dan co-pilot.
Selama 50 menit di udara menikmati keindahan Pegunungan Bintang, tak henti-hentinya takjub dengan ciptaan Tuhan serta syukur yang terucap mengakui begitu indahnya bumi Indonesia ini. SELAMAT DATANG DI BUMI OKSIBIL begitulah kira-kira makna tersirat yang diutarakan gapura yang kita temui ketika memasuki kota oksibil ini.
Gapura yang ditengahnya ada patung yang menyerupai YESUS dengan posisi mengembangkan tangan dan terpampang jelas tulisan yang menjadi moto kabupaten ini TERIB TIBO SEMO NIRYA, yang artinya mari bangkit membangun bersama. Tulisan yang langsung terpatri dalam benak saya untuk kembali menguatkan semangat pengabdian, bersama-sama membangun indonesia tidak pandang suku, budaya, agama, atau apapun profesinya semua bersatu membangun indonesia.
Saya seorang bidan yang tergabung dalam program Nusantara sehat dari Kementerian Kesehatan RI. saya bersama 6 orang lainnya dipersatukan dalam 1 tim kesehatan yang berkolaborasi inter profesi kesehatan yakni dokter, perawat, bidan, gizi, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan analis laboratorium. Tim ini akan hidup di tengah-tengah masyarakat distrik Iwur dan bersama-sama untuk meningkatkan derajat kesehatan disana.
Memberanikan diri keluar dari zona nyaman untuk mengenal indonesia lebih dekat. Kami yang mayoritas berasal dari perkotaan wilayah barat indonesia dengan fasilitas yang serba ada mencoba menguatkan hati untuk bisa bertahan dengan kondisi yang sangat jauh berbeda dari tempat asal kami. Adat budaya yang berbeda, tantangan geografis yang sangat sulit, kehidupan yang keras, serta fasilitas yang terbatas cukup menggoyahkan kami untuk keluar meninggalkan mereka. Tapi apa daya hati tak bisa berdusta ketika melihat mereka disana dengan segala keterbatasannya. Apakah tega meninggalkan mereka, mereka juga indonesia, mereka juga manusia.
Inilah awal cerita saya dalam misi memanusiakan manusia di perbatasan Papua. pengalaman unik, menarik dan menggelitik berpadu dalam cerita perjuangan membangun kesehatan disini. nantikan kisah selanjutnya tentang kehidupan di sana, pengalaman dalam memberikan pelayanan kesehatan, budaya dan kaitannya dengan kesehatan, hingga konflik serta kesulitan yang dihadapi selama disana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H