IAIN Palangka Raya – American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia (2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial emosional adalah proses belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.
Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui penguatan dan modeling (contoh).
Hurlock (1993) perkembangan emosi terjadi sangat kuat pada usia 2,5-3,5 dan 5,5 – 6,4 tahun.
1.Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
2.Reaksi emosi muncul setiap peristiwa dengan cara yang diinginkannya dan dengan waktu yang diinginkannya pula.
3.
- Reaksi emosi Emosi mudah berubah dan memperlihatkan reaksi spontanitas atau kondisi asli dan anak sangat terbuka dengan pengalaman-pengalaman hatinya.
- anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
- Reaksi emosi anak sangat kuat, anak akan merespon peristiwa dengan kadar emosi yang sama. Semakin bertambah usia anak samakin mampu untuk mengontrol emosinya.
- Reaksi emosi berdsifat individual dan pemicu emosi yang sama, namun reaksi yang ditimbulkan berbeda-beda. Hal ini diakibatkan oleh factor pemicu emosi
- Keadaan emosi anak dikendalikan dengangejala tingkah laku yang ditampilkan dan anak sulit mengungkapkan emosi secara verbal dan emosi mudah dikenali melalui tingkah laku yang ditunjukkan Hurlock (1978) perilaku prososial yang umum terjadi pada diri anak diantayang.Meniru : melakukan perilaku orang dewasa disekitarnya
- Persaingan : keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang lain
- Kerja sama : bermain koperatif bersama teman
- Simpati : menggambarkan perasaan belas kasih atas kesedihan orang lain (KBBI)
- Empati : menempatkan diri pada posisi kesedihan orang tersebut (KBBI)
- Dukungan sosial : dukungan dari orang sekitar
- Berbagi : memberikan miliknya kepada teman atau orang dewasa sebagai bentuk keperdulian
- Perilaku akrab : hubungan erat dan personalSelain perilaku prososial anak juga memiliki perilaku anti sosial:
- Negatifisme : perilaku melawan otoritas orang dewasa
- Agresif : perilaku menyerang jika diganggu orang lain
- Perilaku berkuasa : menganggap semua benda miliknya
- Memikirkan diri sendiri : mementingkan keinginan sendiri
- Merusak : membanting atau menghancurkan barang-barang. dengan orang lain atau teman sebaya.Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. pada masa ini proses anak belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi dalam masyarakat. Piaget dalam teorinya menyebutkan adanya sifat egosentris yang tinggi pada anak karena anak belum dapat memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain. Pada tahap ini anak hanya mementingkan dirinya sendiri dan belum mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain. (Nurmalitasari, 2015)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H