Lihat ke Halaman Asli

Pelajaran Besar dari Indahnya Masa Kecil..!

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada tahun 1981 aku sudah lupa bulannya, dengan suasana serba pas pasan bersama keluargaku berkunjung ke ruma Bibiku di Semarang Jawa Tengah, banyak anak kecil seusiaku di sana, ada anak orang kaya dan banyak juga anak orang tidak mampu seperti diriku, setiap pagi dan sore kami selalu bermain bersama, dengan riangnya di jalan tanjakan menuju kediaman rumah bibiku, berkejaran...berlarian tak kenal waktu.. Saat itu usiaku 3 tahun, memakai celana pendek merah yang sebenarnya di peruntukan untuk anak berusia 6 tahun lengkap dengan kaos oblong yang tak kalah kedodoranya sehingga aku seperti memakai sarung. aku tahu karena keadaanlah yang memaksa orang tuaku melakukan itu, maksudnya tidak lain hanyalah agar baju dan celana itu bisa aku pakai barang 2...sampai tiga tahun.( terima kasih Bapak dan Simbok dengan keringat dan darah kau belikan baju yang kan selalu ku kenang itu ). Tak terbesit sedikitpun rasa malu dalam diriku saat itu, ku selalu larut dalam permainan masa kecil yang tak pernah menjemukan, walaupun banyak orang yang bilang " wah bajunya bisa di pake sampe SMP nih !" tidak ada rasa minder dalam diriku juga sakit hati,karena sebagaimana lazimnya anak kecil belum tahu bagaimana menyimpan rasa sakit hati begitu juga malu,itulah dunia kecil dunia di mana yang ada hanya keceriaan tanpa melihat dari keluarga mana kita berasal, semua jalinan persahabatan mengalir cair selalu menyenangkan dan saling membutuhkan satu sama lain. dengan adanya rasa saling membutuhkan itulah, apabila ada perselisihan maka esok harinya akan kembali tersenyum.Setelah puluhan tahun semua itu berlalu kembali dan aku harus mengingatnya, memaknainya. akhir akhir ini ku rasakan banyak manusia termasuk diriku sendiri terlalu mudah untuk sakit hati hanya karena sebuah pendapat yang kadang terlihat memojokan dari sudut pandang kita sendiri. ada juga yang pengen jadi superior dan tidak mau mundur barang sejengkal untuk sebuah kebaikan bersama, sehingga yang akan terjadi adalah hubungan persaudaraan atau pertemanan menjadi renggang dan fatalnya perasaan kita bukan lagi seperti anak kecil yang selalu dengan mudah memaafkan kesalahan teman. tak ayal lagi sangat sulit untuk kembali mencairkan suasana setelah terjadi perselisihan, dunia akan terasa sempit saat ketidak cocokan sudah terjadi.. Bila kita berada di antara 100 orang teman dan salah satunya tidak kita sukai maka seakan semuanya memusuhi kita, itulah dahsyatnya rasa "permusuhan" obrolanpun menjadi tidak menyenangkan. seandainya kita mau mengingat kembali masa kecil kita di mana semua keceriaan, kebersamaan, keharmonisan, dan rasa saling membutuhkan selalu menghiasi hari hari kita tentu tidak ada lagi permusuhan yang berkepanjangan, tidak ada yang merendahkan dan tidak ada lagi yang merasa di rendahkan hanya karena suatu obrolan atau gurauan... Sahabat,..berkacalah pada masa kecil kita, lunakkan hati kita seperti lunaknya perasaan anak kecil dan besarkan hati untuk kembali bersama setelah terjadi perselisihan, maka hidup ini akan selalu ceria, selalu menyenangkan dan tidak menjemukan sebagai mana saat kita masih kecil.... terima kasih teman teman kecilku untuk keceriaan, kebersamaan dan sebuah pelajaran kehidupan yang telah kau berikan untukku..... Dedicated to my friend...Simax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline