Lihat ke Halaman Asli

Cahaya Islam

Arsitek Peradaban

Kisah Lama Kenaikan Harga Pangan di Bulan Ramadhan

Diperbarui: 15 April 2021   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Sejumlah harga bahan pokok menjelang Ramadhan merangkak naik seiring dengan permintaan yang tinggi di pasar.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri mengatakan, hari-hari saat ini ritmenya memang merangkak naik dengan persentase yang berbeda untuk setiap bahan pokok yang dijual.

"Beberapa komoditas ada yang (naik) sampai 50%. Daging ayam naik dari Rp 39 ribu ke Rp 45 ribu, itu yang terlihat sangat mencolok (kenaikannya)," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (11/4/2021).

Kenaikan harga pangan seperti melodi berulang tiap tahunnya, masalah ini tak kunjung dapat diselesaikan. Rakyat harus menghadapi fenomena ini setiap menjelang Ramadhan dan Hari Raya. Apakah permasalahan ini juga muncul pada Ramadhan-ramadhan yang telah lalu ?

Dalam sejarah diketahui bahwa Nabi SAW tinggal sepuluh tahun saja di Madinah. Syaikh Nawawi Banten menulis dalam al-Tsimar al-Yani'ah fi al-Riyadh al-Badi'ah bahwa Nabi SAW melaksanakan ibadah puasa sebanyak sembilan kali. Ibadah puasa itu sendiri disyariatkan Allah SWT pada tahun kedua Hijrah. Ibadah puasa memiliki arti penting, sehingga persiapan yang dilakukan mulai dari tataran individu sampai negara. Mulai dari ketersedian sahur dan berbuka hingga stabilitas pangan negara.

Dengan demikian Rasulullah sebagai kepala Negara memiliki tugas untuk menjamin semua kebutuhan pokok bagi rakyatnya, termasuk pangan. Karena demikian pentingnya maka Daulah Khilafah Islam akan menjamin persediaan pangan ini, dalam kondisi apapun. Dan tugas mengupayakan kebutuhan primer tercukupi bagi rakyat ini wajib dimaksimalkan oleh negara.

Dalam hal ini negara akan memberikan subsidi yang besar bagi para petani agar mereka dapat memproduksi pangan, agar biaya produksi ringan, sehingga keuntungan yang mereka peroleh juga besar. Sebab, pangan adalah masalah strategis, dimana negara tidak boleh tergantung kepada negara lain. Ketergantungan pangan terhadap Negara lain bisa mengakibatkan Negara akan dengan mudah dijajah dan dikuasai.

Lantas, bagaimana kebijakan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakatnya? Jawabannya ada dalam politik pertanian Islam, yang diarahkan untuk peningkatan produksi pertanian dan kebijakan pendistribusian yang adil, sehingga kebutuhan pokok masyarakat pun terpenuhi.

Dalam pandangan Islam, sektor pertanian merupakan salah satu sumber primer ekonomi di samping perindustrian, perdagangan, dan tenaga manusia (jasa). 

Dengan demikian pertanian merupakan salah satu pilar ekonomi yang apabila permasalahan pertanian tidak dapat dipecahkan, dapat menyebabkan goncangnya perekonomian negara, bahkan akan membuat suatu negara menjadi lemah dan berada dalam ketergantungan pada negara lain. 

Oleh karena itu tentunya, kebijakan pangan dalam Islam harus dijaga dari unsur dominasi dan dikte negara asing, serta dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan ke depan, bukan semata-mata target produksi sebagaimana dalam sistem kapitalisme.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline