Lihat ke Halaman Asli

Revitalisasi Bahasa Daerah yang Hampir Punah

Diperbarui: 28 November 2024   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Bahasa daerah adalah ciri khas atau identitas bagi suatu kelompok, dan bahasa bukan semata mata digunakan hanya karena formalitas saja, tapi bahasa adalah keringat para leluhur kita yang menjadi alat komunikasi yang terus menerus akan di wariskan kepada generasi selanjutnya.

    Tidak jarang kita melihat bahwa orang orang di zaman sekarang selalu menyembunyikan identitas mereka sebagai bagian dari kelompok mereka, yakni masih kurang dalam melestarikan bahasa mereka, dan lebih mementingkan bahasa yang menurut mereka lebih "gaul".

    Faktor-faktor yang menjadi penyebab punahnya pelestarian bahasa salah satunya adalah perubahan sosial, kurangnya penutur asli, sehingga kurangnya pelestarian dari generasi generasi milenial.

   Ada banyak cara agar pelestarian bahasa dan mentalitas generasi selanjutnya sebagai berikut:

1. Dokumentasi bahasa, yakni dengan mendokumentasikan bahasa melalui audio, video dan lain sebagainya.
2. Program komunitas, yakni ormas-ormas mengadakan kegiatan yang dapat menambah pelestarian budayanya masing masing.
3. Pembelajaran bahasa daerah di sekolah, yakni di adakannya pembelajaran khusus bahasa di semua daerah yang mempunyai bahasa daerah masing-masing.
4. Kerjasama dengan penutur asli, yakni konsultasi kepada penutur asli agar dapat membantu dalam pelestarian bahasa daerah.
5. Dukungan pemerintah, yakni meminta pemerintah untuk terlibat dalam pelestarian bahasa daerah dan memfasilitasi kegiatan tersebut.

   Kalau hanya dipandang sebelah mata mungkin hal ini sangat lah mudah namun jika terus menerus akan mengakibatkan lunturnya pelestarian bahasa daerah, dan hilangnya suatu suku budaya disebabkan kurangnya pelestarian bahasa mereka sehingga menjadi penyebab hilangnya suatu suku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline