Lihat ke Halaman Asli

Transjakarta, Kapan Nyamannya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Setelah Fauzi Bowo dinyatakan kalah dalam pemilukada tahun 2012 yang lalu, tampuk kepemimpinan DKI Jakarta dipegang oleh mantan walikota Solo Jokowidodo alias Jokowi.

Banyak kalangan masyarakat yang menaruh harapan besar akan terciptanya suasana kota Jakarta yang kondusif dan nyaman di era kepemimpinan Jokowi. Cukup beralasan memang, karena track record pengusaha mebel ini dalam memimpin kota Solo bisa dikatakan cukup berhasil dan menarik simpati dan kecintaan warga Solo.

Setelah hampir 1 tahun kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta, terus terang, bagi saya warga Jakarta lahir dan besar di Jakarta, belum banyak perubahan yang dilakukan, bahkan menurut saya malah mengalami kemunduran dalam hal ini yaitu tentang transportasi publik.

Di era Fauzi Bowo, masih bisa kita lihat beberapa bis reguler maupun patas AC yang berseliweran di jalan-jalan protokol di Jakarta.  Setelah beberapa bulan Jokowi menjabat sebagai gubernur mendadak bis-bis tersebut "hilang" dari peredaran, padahal dengan adanya bis-bis tersebut cukup memudahkan masyarakat pengguna transportasi umum di Jakarta.

Setelah beberapa bis reguler dan patas AC hilang dari peredaran, terlihat bahwa pemprov DKI yang sekarang ingin sekali membenahi kualitas pelayanan TransJakarta dengan hadirnya bis-bis baru berbentuk panjang dengan AC yang cukup kencang dan cukup nyaman untuk dituumpangi, namun tidak semua koridor dilewati oleh bis-bis baru ini.

Hadirnya bis-bis transjakarta yang baru ternyata tidak diimbangi dengan kualitas pelayanan yang memadai. Di Halte Harmoni pada saat jam-jam sibuk saya sering mengalami antrian yang panjang dan ketika bis datang penumpang berebut masuk, saling sikut, saling dorong dan ini kadang menjadi kesempatan untuk para pencopet melaksanakan aksinya. Hal ini dikarenakan bis-bis yang datang ke halte tersebut tidak terjadwal dengan baik sehingga terjadi penumpukan penumpang di halte-halte transjakarta.

Sangat disayangkan memang, seharusnya pemprov DKI yang sekarang mengkaji lebih dahulu sebelum menghilangkan beberapa trayek bis-bis reguler dan patas AC mengingat pelayanan transjakarta masih belum bisa dibilang bagus.  Bahkan jika dibandingkan naik bis reguler atau patas AC, waktu tempuh saya dari rumah ke kantor lebih cepat naik bis reguler atau patas AC yang telah dihilangkan oleh pemprov DKI yaitu hanya berkisar 30 menit-45 menit dibandingkan dengan naik transjakarta yang bisa memakan waktu 1 jam 30 menit bahkan sampai 2 jam lebih, bahkan bisa sampai 3 jam.  Bayangkan waktu yang terbuang itu hanya dikarenakan waktu menunggu di halte yang panjang dikarenakan bis selalu penuh dan kemacetan yang masih harus dihadapi bis transjakarta.

Saya harap baik Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang sekarang jangan terlalu sering membuat wacana dan statement-statement di media yang tidak penting sehingga terkesan mereka ingin selalu dipandang baik di mata publik padahal pada kenyataannya masih jauh panggang dari api.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline