Lihat ke Halaman Asli

Solidaritas Penyandang Difabel dalam Kemandirian Ekonomi

Diperbarui: 17 November 2022   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Difabel adalah individu yang hidup dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas, khususnya dalam bidang ekonomi sendiri. Di Kabupaten Jember sendiri, terdapat suatu komunitas berbadan hukum yang menjadi wadah bagi para difabel untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh mereka. 

Komunitas tersebut bernama PERPENCA atau Persatuan Penyandang Cacat yang berada di wilayah Jember. Di dalam komunitas PERPENCA banyak teman-teman difabel yang tergabung salah satunya adalah Mas Iswanto. 

Beliau merupakan seorang difabel tuna daksa berusia 37 tahun yang berasal dari Desa Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Menjadi penjahit merupakan profesi yang ia lakukan hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebelum bekerja sebagai penjahit, beliau bekerja secara serabutan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Pada awalnya, Mas Iswanto bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, seperti menjadi buruh di sawah dan berjualan ponsel melalui facebook dengan sistem COD (Cash On Delivery). 

Pada tahun 2014 orang-orang yang ditugaskan oleh Dinas Sosial yakni dari TKSK mencari orang-orang difabel yang ingin ikut pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial tersebut. 

Akhirnya ia mengikuti pelatihan menjahit yang ditawarkan tersebut dengan waktu singkat sekitar 10-15 hari. Setelah pelatihan tersebut selesai, saat penutupan program pelatihan tersebut, Dinas Sosial sebagai penyelanggara menawarkan kembali kepada orang-orang yang mengikuti pelatihan tersebut untuk melanjutkan mengikuti pelatihan di Bangil selama satu tahun secara gratis. 

Dengan mengikuti segala persyaratan yang dibutuhkan, akhirnya orang-orang yang mengiyakan tawaran tersebut, termasuk Mas Iswanto dijemput di rumah masing-masing oleh pihak penyelenggara pelatihan dan diantarkan menuju tempat pelatihan. Setelah pelatihan selesai pun, mereka juga diantarkan kembali ke rumah masing-masing.

Selesai dari mengikuti pelatihan di BLK Bangil, Mas Iswanto pribadi mendapatkan tawaran pekerjaan menjahit di konveksi rumahan yang berlokasi di Blitar. Saat bekerja di Blitar, beliau merasa selama 6 bulan itu kurang berkembang, akhirnya beliau mengundurkan diri dan tidak kembali lagi ke Blitar. Berlanjut setelah dari Blitar, informasi tawaran pekerjaan di Bali pun menghampirinya dan akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke Bali. 

Perjalanannya ke Bali bisa dikatakan penuh tantangan karena saat kedatangan pertamanya belum bisa beradaptasi dengan baik. Kemudian beliau pulang dan menganggur, setelah itu berangkat lagi untuk kedua kalinya ke Bali tetapi hanya bertahan selama 5 hari karena dalam melakukan kegiatan ibadahnya masih kesulitan dengan kondisi disana yang jauh dari tempat ibadah. 

Ketika kembali ketiga kalinya ternyata ada kesalahan penerimaan informasi sehingga hanya dua hari disana karena pakaian-pakaian yang dijahit menurutnya tergolong sulit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline